Minggu, 02 Maret 2014

Green Computing

www.binus.ac.id
GREEN COMPUTING

TOPIK-TOPIK LANJUTAN
SISTEM INFORMASI





Oleh

Andy Linnard D.                      1501164504
                                    Yudha Rizki Nursofyan           1501163634               
Bagas Dwi                                1501162083
Indra Kurniawan                      1501163880
                                    Julio Andre                               1501156585


06PMM










Binus University
Jakarta

2014


ABSTRAK

Semakin banyaknya penggunaan computer dan segala elemen pendukungnya yang sering disebut dengan istilah teknologi informasi sedang disorot banyak pihak, ada yang mengatakan peran dari IT ini tidak lebih sebagai penambah masalah bagi perubahan iklim dan isu global warming, namun di sisi lain banyak pula yang menyatakan IT adalah solusi yang tepat untuk mengatasi climate change maupun global warming.Aktivitas manusia yang paling banyak mempengaruhi lingkungan ataupun kerusakan lingkungan tersebut merupakan fenomena nyata .Hal ini dapat diketahui dengan melihat permintaan listrik di Indonesia terus meningkat, 10% – 15% per tahun.Entah untuk kegiatan rumah tangga, perkantoran, dan industri.Pada bulan Oktober 2005 diperhitungkan cadangan listrik di Jawa – Bali hanya tinggal 120 MW (megawatt), sementara idealnya cadangan minimum yang harus tersedia 600MW (Simanjorang, 2010). Hal ini telah menandakan cadangan energy semakin menipis. Selain itu pengguna komputer di  Indonesia saat ini sebanyak 40 juta. Dari jumlah tersebut  lebih dari separuhnya telah terkoneksi dengan internet.hal ini tentunya akan mendorong kebutuhan energy listrik yang semakin meningkat. Menurut Internet World Stats, Indonesia memiliki jumlah populasi pada tahun 2009 sebesar 240.271.522 penduduk dengan jumlah pengguna internet sebesar 25.000.000 penduduk per Mei 2008 pada tingkat penetrasi 10.4% menurut APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia).Untuk mengatasi permasalahan tersebut Green computing merupakan salah satu strategi jitu untuk penggunaan sumber daya computer secara efisien. Hasil dari penggunaan Green computing ini seperti terhindar dari krisis listrik yang berkelanjutan, penghematan energy, penghematan biaya dan menjaga lingkungan agar menjadi lebih baik.



Kata kunci : Global Warming, Green computing, hasil dari penggunaan Green computing


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Komputer dan segala elemen pendukungnya yang sering disebut dengan istilah teknologi informasi sedang disorot banyak pihak, ada yang mengatakan peran dari IT ini tidak lebih sebagai penambah masalah bagi perubahan iklim dan isu global warming, namun disisi lain banyak pula yang menyatakan IT adalah solusi yang tepat untuk mengatasi climate change maupun global warming.

Di dunia semakin terjadi krisis energi. Hal ini disebabkan oleh ketergantungan manusia pada minyak yang sangat tinggi, yaitu skala 37%. Padahal minyak tersebut bersifat polutan, yaitu tidak bisa diperbaharui. Diperparah dengan kondisi hutan yang semakin menyempit (deforestasi) dan global warming, maka kondisi dunia semakin kritis. Pelestarian lingkungan hidup dan iklim bumi termasuk di antara tantangan global abad ke-21 yang disadari sepenuhnya oleh kalangan politik, media dan masyarakat umum di dunia internasional.
Pemanasan atau pendinginan global dipengaruhi oleh faktor alam dan faktor manusia. Yang termasuk faktor alam adalah tingkat radiasi matahari dan letusan gunung. Sementara, letusan gunung berapi memberikan efek penuruanan suhu bumi untuk beberapa saat. Aktifitas manusia juga memberikan efek pada naik turunnya suhu bumi. Namun jika diakumulasi, maka secara keseluruhan aktifitas manusia pada peningkatan suhu bumi jauh lebih besar daripada kontribusi faktor-faktor yang lain . Besarnya kontribusi terhadap pemanasan global disebut dengan istilah radiative forcing. Semakin besar radiative forcing semakin besar kontribusinya terhadap pemasan global.

Aktivitas manusia yang paling banyak mempengaruhi lingkungan ataupun kerusakan lingkungan tersebut merupakan fenomena nyata. Hal ini dapat diketahui salah satunya dengan melihat permintaan listrik di Indonesia terus meningkat, 10% – 15% per tahun. Entah untuk kegiatan rumah tangga, perkantoran, dan industri. Pada bulan Oktober 2005 diperhitungkan cadangan listrik di Jawa – Bali hanya tinggal 120 MW (megawatt), sementara idealnya cadangan minimum yang harus tersedia 600MW (Simanjorang, 2010). Hal ini telah menandakan cadangan energy semakin menipis. Sehingga, PLN sering memberlakukan pemadaman bergilir. Lebih-lebih di era globalisasi ini dimana informasi sangat penting dan menjamurnya dunia internet dikalangan pelajar, pebisnis maupun masyarakat pada umumnya.

Nawala Departemen Pendidikan Nasional mencatat, pengguna komputer di  Indonesia saat ini sebanyak 40 juta. Dari jumlah tersebut lebih dari separuhnya telah terkoneksi dengan internet. hal ini tentunya akan mendorong kebutuhan energy listrik yang semakin meningkat. Menurut InternetWorldStats, Indonesia memiliki jumlah populasi pada tahun 2009 sebesar 240.271.522 penduduk dengan jumlah pengguna internet sebesar 25.000.000 penduduk per Mei 2008 pada tingkat penetrasi 10.4% menurut APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia).

Hal ini merupakan salah satu fenomena betapa jumlah populasi ini menjadi penyebab beralihnya gaya hidup masyarakat di bidang teknologi, khususnya penggunaan laptop/notebook. Bagaimana tidak, menjamurnya masyarakat yang membawa laptop untuk aktivitas sehari-sehari merupakan suatu kebutuhan layaknya sandang dan pangan. Pergeseran nilai budaya ini sebanding dengan maraknya teknologi yang murah, mudah, dan menjanjikan. Internet merupakan salah satu pemicu masyarakat untuk beralih ke gaya hidup yang dilingkupi kemudahan melalui tren Teknologi Informasi. Bahkan, Indonesia sudah menembus angka 294.500 pengguna koneksi internet broadband per Juni 2009 menurut ITU (International Telecommunication Union). Sehingga, menurut data ITU dan APJII, dapat ditarik kesimpulan bahwa salah satu alasan masyarakat untuk memanfaatkan laptop karena adanya eksistensi internet. Jelas tidak disangkal bahwa kedepannya, masyarakat akan lebih memilih teknologi untuk memanjakan hidupnya dan sebagai salah satu bagian dari gaya hidup di era digitalisasi.

Kemajuan teknologi informasi di Indonesia saat ini mulai pesat, perilaku boros dalam menggunakan energi akan menambah dampak dari pemanasan global. Tentunya hal ini harus dibarengi oleh penggunaan teknologi informasi yang ramah lingkungan. Green computing merupakan salah satu strategi jitu untuk penggunaan sumber daya computer secara efisien.
   
1.2  Ruang Lingkup

Mengingat luasnya cakupan ruang lingkup green computing, maka ruang lingkup yang dibahas dibatasi pada :
1.      Memberikan Informasi mengenai green computing di Indonesia.
2.      Tips-tips melakukan green computing.

1.3  Tujuan dan Manfaat

Berdasarkan pembahasan pada latar belakang, maka dapat ditentukan tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui perkembangan green computing yang ada di Indonesia.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat-manfaat sebagai berikut :
1.      Memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai pentingnya green computing.
2.      Pembaca dapat menjalankan green computing.

1.4  Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan terdiri dari beberapa bagian, yaitu :
1.      Studi pustaka
Metode pengumpulan informasi yang digunakan melalui studi artikel media internet dan buku-buku referensi yang dapat dijadikan sumber dan panduan dalam penyusunan penulisan ini.
2.      Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menganalisis dan me-review perkembangan green computing yang ada di Indonesia.

1.5  Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan dan memberikan gambaran yang sistematis dalam memahami topik yang disajikan, kami membagi paper ini ke dalam bagian-bagian berupa bab yaitu :
  
BAB I    : Pendahuluan
                 Dalam bab ini diuraikan tentang masalah pokok yang dibahas dalam paper ini, yang terdiri dari Latar Belakang, Ruang Lingkup, Tujuan dan Manfaaat, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II  : Landasan Teori
Dalam bab ini akan menguraikan teori atau konsep yang melandasi hal-hal yang terdapat dalam penelitian ini, secara umum dijelaskan tentang teori-teori yang berhubungan dengan kinerja sistem informasi baik dikutip dari berbagai referensi maupun hasil riset yang didapat.

BAB III : Pembahasan
Dalam bab ini berisi hasil penelitian yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan dan manfaat yang ditetapkan pada pendahuluan. Lalu menunjukkan bagaimana pemikiran atau temuan-temuan diperoleh, menginterpretasikan temuan, dan mengaitkannya dengan teori yang digunakan.

BAB IV : Penutup
Dalam bab ini penulis akan menarik bebarapa kesimpulan berdasarkanpetunjuk dari buku-buku referensi, internet, dan seminar teori-teori lanjutan sistem informasi serta saran yang mungkin akan diterapkan untuk kemajuan perusahaan.



BAB 2
LANDASAN TEORI

Green computing adalah kajian dan praktik penggunaan sumber daya computer secara efisien.Dari beberapa sumber yang didapat, diperoleh teori-teori sebagai berikut :
Menurut Kaseya (2008, p1) dalam bukunya berjudul Green Computing: Using IT Automation to Achieve Energy Efficieny, green computing atau green IT adalah praktek pelaksanaan kebijakan dan prosedur dengan meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk mengurangi dampak lingkungan dari pemanfaatannya.
Menurut Tripathi, Praveen (2012, p174-177) dalam jurnal berjudul Green Computing as a Mandatory Revolution For Proper End - of - Life. Green Computing merupakan studi dan realisasi dalam penggunaan sumber daya komputasi secara efisien serta ramah lingkungan
Dari beberapa landasan teori di atas mendifinisikan bahwa Green computing mencipatakan suatu teknologi yang ramah terhadap lingkungan secara efisien menghemat energy.

BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Sejarah Green Computing

Salah satu manifestasi pertama dari gerakan Green Computing adalah peluncuran kembali ENERGY STAR Program pada tahun 1992. Energy Star menjabat sebagai semacam label sukarela diberikan kepada produk komputasi yang berhasil meminimalkan penggunaan energi sekaligus memaksimalkan efisiensi. Energy Star diterapkan untuk produk seperti monitor komputer, televisi dan perangkat kontrol suhu seperti kulkas, AC, dan barang serupa.

3.2 Bahayanya Sampah Elektronik

Kota Guiyu di daratan China adalah rumah bagi 5500 industri rumahan yang mengolah bagian-bagian dari elektronik bekas, yang dikenal dengan sebutan e-waste (sampah elektronik). Berdasarkan data dari situs lokal, wilayah tersebut setiap tahunnya mengolah sekitar 1.5 juta pon sampah yang terdiri dari sampah komputer, ponsel maupun perangkat elektronik lainnya. Industri tersebut menjadi lapangan pekerjaan yang menggiurkan bagi masayarakat di Guiyu.

Kebanyakan ponsel dan perangkat komputer tua dapat dibongkar dan komponen metal di dalamnya didaur ulang, akan tetapi menjalankan proses daur ulang ini secara aman membutuhkan waktu yang sangat panjang. Oleh karena itu banyak produsen elektronik yang mengirimkan elektronik bekas keluar negeri, di mana alat-alat ini dibakar tanpa mempedulikan linkungan dan kesehatan manusia di sekitarnya.


Hampir 80% dari peralatan elektronik bekas yang diolah berasal dari luar China, terutama sekali dari Amerika, satu-satunya negara industri yang menolak menandatangani perjanjian Basel yang dibuat untuk mengatur ekspor limbah berbahaya ke negara-negara berkembang untuk didaur ulang.


Mereka memilih membuang sampah elektronik di Guiyu dan tempat lain yang serupa di India dan wilayah Afrika, karena biayanya yang murah dan mekanismenya yang lebih mudah, di mana perusahaan tidak terikat peraturan daur ulang yang ketat. Dari bisnis pengolahan limbah elektronik ini, situs Guiyu melaporkan pemasukan tahunan sekitar 75 juta dollar.
Mereka mengolah sampah elektronik dengan memisah-misahkan tiap bagian dan mengelompokkannya, kemudian mengambil kandungan timah, emas, tembaga dan jenis logam lainnya dari papan sirkuit, kabel, chip dan bagian lain dari perangkat elektronik. Pada foto di atas seorang pekerja sedang memanaskan papan komputer di atas lapisan besi untuk melucuti timah solderan dari chip komputer.
Industri kecil ini mempekerjakan 10.000 orang yang kebanyakan masih di bawah umur. Bisa dibayangkan akibat dari komponen elektronik yang mengandung merkuri dan racun yang berbahaya terhadap mereka. Laporan kesehatan dari wilayah Guiyu menyebutkan banyak anak-anak yang menderita karena tingginya tingkat pencemaran lingkungan akibat timah. Kemudian laporan dari universitas Shantou, Guiyu memiliki tingkat penderita penyakit kanker yang disebabkan oleh dioksin paling tinggi di dunia dan peningkatan pada kasus keguguran pada wanita hamil.


Industri semacam ini banyak menghasilkan pencemaran lingkungan karena banyak membuang limbah hasil olahan, terutama debu dari pembakaran batu bara yang langsung dibuang ke sungai dan selokan kota, menyebabkan pencemaran terhadap air sumur dan air tanah.
Gambar 3.2 Tumpukan limbah elektronik di kota Guiyu, China

3.3 Kebijakan Pemerintah Dalam Limbah Elektronik

Perkembangan teknologi akan memiliki dampak yang beragam terhadap manusia dan alam sekitarnya. Kenyamanan, kemudahan, kesenangan adalah beberapa dampak positif yang dirasakan oleh manusia. Komunikasi jarak jauh yang biasanya hanya bisa dilakukan melalui surat menyurat paket POS, dengan produk teknologi handphone yang semakin murah komunikasi tersebut menjadi terasa sangat mudah dan cepat; dengan teknologi internet dan perangkat pendukungnya, e-mail atau electronic mail menjadi salah satu pilihan utama dalam mengirimkan surat atau pesan yang relatif panjang dan resmi. Dan teknologi-teknologi lain yang semakin hari semakin hari semakin murah dan canggih, TV, DVD player, peralatan rumah tangga, mainan anak, alat bantu listrik, dan lain sebagainya.  Semua itu adalah produk teknologi yang tidak bisa dicegah perkembangan dan keberadaannya terkait dengan tuntutan dan kebutuhan.

Selain memberikan dampak positif, juga ada beberapa hal jika penangannya tidak dilakukan akan memberikan dampak negatif. Semakin murah dan beragamnya teknologi elektronika, akan membuat semakin banyaknya pengguna teknologi ini. Jika semakin banyaknya pengguna teknologi ini, memberikan peluang besar semakin banyaknya limbah elektronika. Pencemaran lingkungan yang berdampak selain merusak lingkungan itu sendiri juga kesehatan sekitarnya. Seluruh produk elektronika, seperti pada tulisan yang dimuat di Harian Batam Pos,  Sabtu, 04 Juli 2009 dengan topik “Mengenal RoHS” tidak bisa dihindari dari penggunaan bahan berbahaya (Pb, Cd, Hg, Cr6+, PBB, daPBDE). Penggunaan bahan berbahaya ini tentunya sudah diatur agar konsentrasinya tidak melebihi konsentrasi maksimum yang sudah ditetapkan dalam standar. Pembatasan konsentrasi ini tentunya mempertimbangkan keamanan dan kesehatan bagi pengguna produk tersebut.

Walaupun penggunaan bahan berbaya ini sudah dibatasi, sebagaimana yang termuat dalam kebijakan Uni Eropa DIRECTIVE 2002/95/EC tentang pelarangan dan pembatasan penggunaan bahan berbahaya (logam berat) atau dikenal dengan RoHS, tetapi tetap saja akan memberikan dampak buruk jika saja penangan limbah produk elektronika ini tidak dilakukan dengan baik. Sebagai contoh: Kota Guiyu di daratan China adalah rumah bagi 5500 industri rumahan yang mengolah bagian-bagian dari elektronik bekas, yang dikenal dengan sebutan e-waste (limbah elektronik). Berdasarkan data dari situs lokal, wilayah tersebut setiap tahunnya mengolah sekitar 1.5 juta ton limbah yang terdiri dari limbah komputer, ponsel maupun perangkat elektronik lainnya. Industri tersebut menjadi lapangan pekerjaan yang menggiurkan bagi masayarakat di Guiyu. Tetapi tanpa disadari, efek ekspos racun dari tumpukan limbah elektronik akan sangat berbahaya bagi pekerja, juga alam sekitar jadi tercemar dengan banyaknya bahan beracun dipakai dalam pembuatan perangkat elektronik. Laporan kesehatan dari wilayah Guiyu menyebutkan banyak anak-anak yang menderita karena tingginya tingkat pencemaran lingkungan akibat timah. Kemudian laporan dari universitas Shantou, Guiyu memiliki tingkat penderita penyakit kanker yang disebabkan oleh dioksin paling tinggi di dunia dan peningkatan pada kasus keguguran pada wanita hamil.

Jalur pemaparan bahan kimia berbahaya ini bisa melalui berbagai cara, diantaranya: Penyerapan secara langsung dari produk, seperti dengan jalan menggigit salah satu bagian dari produk, menghirup, dan proses pelepasan bahan kimia berbahaya ke air, atmosfer dan tanah dari produk yang dibuang dan dengan cepat diambil oleh manusia dan ekosistem melalui rantai makanan. Banyak sekali bahaya akibat terkontaminasinya tubuh kita dengan bahan berbahaya ini, diantaranya: kanker, ginjal, kerusakan jaringan tubuh secara permanent, iritasi usus, hati, kerusakan saluran metabolik, hipertensi darah, hiperaktif, kerusakan otak, lumbago, kerusakan tulang karena tulang menjadi lunak dan keracunan kronis, dan lain sebagainya.

Di Eropa, kebijakan penanganan limbah elektronik ini sudah diatur dalam di DIRECTIVE 2002/96/EC tentang penanganan limbah peralatan elektronik dan listrik atau WEEE (Waste from Electrical and Electronic Equipment). Dalam kebijakan tersebut selain diatur tentang bagaimana penanganan limbah elektronik, juga menjelaskan siapa-siapa saja yang bertanggung jawab dalam menangani limbah tersebut. Kebijakan tersebut menyebutkan bahwa yang bertanggung jawab dalam penanganan limbah elektronik ini adalah produsen, distributor dan pemerintah sendiri. Produsen dan distributor dituntut untuk menangani limbah elektronik jika peralatan elektronik yang dimiliki oleh konsumen sudah tidak digunakan lagi/menjadi limbah, serta menanggung seluruh biaya pengolahannya. Untuk menghindari jika ada sebuah perusahaan tidak bisa melanjutkan usahanya atau dengan kata lain bangkrut, maka pemerintah mewajibkan setiap perusahaan memiliki bank garansi dari bank-bank yang sudah ditentukan, agar setiap produk yang akan dipasarkan di Eropa memiliki garansi pengolahan limbahnya. Implikasi dari penerapan kebijakan ini, setiap produk elektronika yang beredar di Eropa relatif menjadi lebih mahal dibanding dengan produk elektronika yang beredar di luar Eropa karena ada biaya untuk mengkover pengolahan limbah dari produk elektronik tersebut.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan, sekitar 20 sampai 50 juta ton limbah elektronik dihasilkan per tahunnya. Negara-negara maju, terutama Uni Eropa menjadi kewalahan dalam melakukan pengolahan/penanganan limbah elektronik, karena tingkat konsumsi produk elektronika semakin meningkat. Untuk mengatasi hal tersebut, 70 persen dari limbah yang beredar di Eropa dibuang di negara-negara miskin dan berkembang. Menurut studi lembaga lingkungan Greenpeace, pada tahun 2010 akan terjadi peningkatan ratusan persen jumlah limbah elektronik di negara berkembang. Ekspor limbah mudah terjadi karena lemahnya regulasi di negara -negara itu, semisal di China, Filipina atau Vietnam. Indonesia sendiri akan menjadi negara potensial penerima limbah tersebut, jika saja pemerintah tidak memperketat regulasi limbah elektronika.

Pemerintah Indonesia belum memiliki regulasi seperti yang diterapkan di Uni Eropa, tetapi paling tidak harus sudah mulai fokus dalam menangani limbah elektronika. Mulai dari pengawasan dan penerapan aturan yang ketat terhadap impor elektronika ilegal, pembuatan produk hukum dan kebijakan yang jelas tentang pengolahan limbah elektronika, serta yang paling penting adalah implementasi produk hukum atau kebijakan secara konsisten.
www.binus.ac.id

3.4 Dampak Limbah Komputer
Setiap bagian dari perangkat komputer (monitor, PC, notebook, printer) ini mengandung berbagai macam zat racun yang dapat membahayakan makhluk hidup di sekitarnya, termausk manusia. Oleh karena itu, dalam pendaurulangannya harus sangat hati-hati dan dengan prosedur yang benar. Jika tidak, maka zat-zat tersebut akan lepas ke udara, air dan tanah dengan tidak terkendali.
Menurut jenis perangkat dan zat pencemarnya antara lain:

·         Printer
Printer adalah perangkat yang paling sederhana untuk didaur ulang. Tidak hanya cartridge-nya yang dapat didaur ulang, namun juga printernya. Mungkin untuk cartridgenya, sebagian masyarakat juga sudah mengetahui bahwa plastik menjadi bahan dasar untuk membuat tempat penampung tintanya. Sehingga proses pendaurulangannya sama dengan seperti mendaur ulang plastik biasa. Namun, isi dari cartridget itu sendiri yang banyak mengandung karbon hitam, harus dibersihkan terlebih dahulu.
Jika cartridge berisikan tinta cair, maka air limbah cucian harus diproses sedemikian rupa agar tidak mencemari sumber air dan tanah di sekitarnya. Sedangkan jika cartridge berisikan pewarna serbuk, maka dengan membersihkannya secara manual akan menyebabkan polusi udara yang sangat berbahaya bagi si pekerja. Sebab karbon hitam yang terhirup melalui udara tersebut dapat menyebabkan berbagai penyakit pernafasan yang sangat berbahaya, seperti asma (sesak nafas).
Sedangkan jika karbon tersebut mencemari air, maka manusia maupun makhluk hidup lainnya tidak akan dapat memanfaatkan air tersebut untuk dikonsumsi, meskipun telah melalui proses pendidihan terlebih dahulu. Peleburan plastik yang tidak melalui proses yang semestinya (pembakaran tidak sempurna), akan menyebabkan polusi udara yang mengandung zat dioxin dan furans yang sangat berbahaya bagi kesehatan, terutama siapa saja yang menghirup secara langsung. Salah satu penyakit yang dapat disebabkan oleh dioxin dan furans itu sendiri adalah terganggunya sistem syaraf. disamping itu dioxin dan furans tergolong zat yang mudah larut dalam lemak, sehingga janin dalam ibu hamil atau air susu ibu menyusui akan sangat mudah ikut pula tercemar.
Berbeda dengan mesin printernya sendiri yang tidak hanya mengandung plastik dan karbon hitam saja, melainkan juga ikut terkandung besi di dalamnya. Hal inilah yang ikut membuat banyak masyarakat (kelas bawah) tertarik mendaur ulang e-waste. Karena harga per kilogram besi bekas yang terkumpul dapat mencapai Rp. 15.000,-. Harga yang cukup menggiurkan bagi sebagian orang, apalagi di jaman seperti sekarang.
Selain tidak adanya peraturan yang melarang daur ulang secara tradisional, kondisi perekonomian yang kurang baik di beberapa negara penerima e-waste juga telah menjadi pemicu bagi sebagian masyarakat untuk bersedia melakukan pekerjaan tersebut, tanpa mempedulikan dampak lingkungan yang ditimbulkannya. Bahkan kesehatan mereka sendiripun ikut diacuhkan.

·         CPU
Di dalam CPU lebih banyak lagi bahan yang memang dapat dimanfaatkan, namun proses pengambilannya juga memiliki dampak buruk yang lebih besar lagi bagi lingkungan maupun kesehatan. Seperti yang kita ketahui bahwa dalam sebuah CPU setidaknya terdapat satu buah papan elektronik (PCB) yang berfungsi sebagai mainboard. Belum lagi bagian lain seperti HDD, Disk driver, CD-ROM, dan masih banyak lagi. Otomatis isi dari CPU ini memiliki lebih banyak komponen yang dapat didaur ulang. Dan tentu saja dengan masing-masing cara yang berbeda pula. Komponen-komponen dalam CPU akan dipilah-pilah menurut bagiannya masing-masing.

·         Kabel
Kabel-kabel dalam komputer akan dikumpulkan menjadi satu, kemudian dibakar untuk diambil kawat tembaganya. Padahal kita ketahui bahwa bagian luar dari kabel-kabel tersebut merupakan bahan karet yang ketika dibakar dapat menimbulkan polusi udara bagi sekitarnya. Belum lagi sisa pembakarannya yang tidak hanya berupa kawat tembaga saja, tentu saja akan ikut mencemari lingkungan sekitar pembakaran tersebut.

·         Papan Sirkuit (PCB)
Ada beberapa zat berbahaya dan beracun dalam komponen yang terpasang di atas papan sirkuit tersebut, yang menjadi alas an mengapa papan sirkuit tidak boleh didaur ulang sembarangan. Di antaranya adalah zat-zat seperti timah, mercury dan cadmium, yang masing masing memiliki dampak yang sangat berbahaya. Misalnya timah. Jika uap timah ini terhirup terlalu banyak ke dalam tubuh, maka dapat menghambat perkembangan otak, khususnya anak-anak. Sedangkan mercury yang mengalir dalam perairan akan mengendap dan termakan oleh ikan, yang kemudian jika tidak sengaj termakan oleh manusia dapat menyebabkan kerusakan otak yang sangat fatal. Selain itu, cadmium yang terhirup oleh tubuh manusia yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal. Mengapa banyak orang yang tertarik untuk mendaur ulang papan sirkuit? Karena komponen yang terpasang di atasnya mengandung beberapa zat yang memiliki harga jual, contohnya emas. Proses untuk mendapatkan emas ini sendiri sangat rumit dan panjang. Bahkan proses kimianya sangat berbahaya jika tersentuh oleh kulit, karena menggunakan zat yang dinamakan asam nitrat.

·         Monitor
Khususnya untuk monitor CRT. Tabung yang menjadi komponen utama monitor ini dinilai sangat berbahaya jika harus dilepaskan secara manual dengan tangan. Mengingat tabung ini termasuk barang yang mudah meledak. Selain itu, mercury dan cadmium di dalamnya juga sangat berbahaya seperti yang telah dituturkan sebelumnya.Jika mercury dan cadmium yang di dalamnya lepas ke alam bebas, maka akan terjadi pencemaran lingkungan . Apalagi jika kedua zat ini masuk ke dalam tubuh manusia secara langsung. Maka dapat dipastikan orang tersebut akan mengalami gangguan fungsi saraf dan otak.

3.5 Mengurangi Bahaya Limbah Elektronik

Setiap tahun, antara 20-50 juta ton limbah elektronik (e-waste) dibuang tanpa diproses dengan cara yang ramah lingkungan, menurut data PBB. E-waste bisa menjadi ancaman serius bagi lingkungan dan manusia karena ia adalah sumber toksin, termasuk zat karsinogenik.
Kita sebagai warga negara harus memiliki kesadaran yang tinggi akan bahayanya limbah elektronika. Kesadaran ini dapat diterapkan dengan:

  • Mengurangi pembelian alat elektronik yang tidak menjadi prioritas
  • Beli produk yang dapat di-upgrade dengan mudah.
  • Jika tidak rusak, tidak perlu beli HP baru
  • Pilih baterai yang bisa diisi ulang (rechargeable). Walaupun sedikit lebih mahal, tapi bisa dipakai ulang.
  • Olah e-waste sahabat secara ramah lingkungan. Baterai dan CD bekas bisa diantar untuk didaur ulang

3.6 Cara-Cara Untuk Melakukan Green Computing

Banyak sekali cara-cara untuk melakukan green computing, berikut ini adalah cara-cara sederhana yang dapat kita lakukan :

1.      Green Computing on PC

·  Laptop hanya memerlukan 10% energi yang digunakan Desktop. Flat screen hanya menggunakan 30% energi yang digunakan oleh Monitor CRT
·    Coba upgrade RAM, sebelum memutuskan ganti komputer. Komputer lambat bisa karena kotornya registry atau ada background services yang berjalan padahal sebenarnya tidak kita perlukan. Cek dan matikan services yang sedang berjalan padahal tidak perlu itu. Misalnya untuk Windows jalankan Start > Run > type “msconfig”
·    Menggunakan PC dan printer dengan merk dan jenis sama memudahkan kanibalisme dan proses recycle
·  Matikan komputer ketika tidak digunakan (malam hari). Mematikan komputer akan mengurangi umur komputer adalah mitos yang salah
·     Screen saver is not energy saver. Pilih matikan monitor daripada menggunakan screen saver
·       Pilih virtualisasi daripada pembelian hardware baru (hemat 70% energi)
·       Pilih peripheral berlogo energy star
·     Catat bahwa mode power menentukan prosentase hemat energi (Sleep mode – hemat 70% energi, Standby mode – hemat 90% energi, Hibernate mode – hemat 98% energi)
·     Jangan cepat membuang PC, lakukan recycle atau donasi ke pihak lain apabila sudah tidak digunakan

2.      Green Computing on Laptop

·         Gunakan power saving setting
·         Kurangi penggunaan backlight
·         Atur layar dan harddisk sleep/off setelah beberapa menit tanpa penggunaan
·         Matikan bluetooth dan wifi ketika tidak digunakan
·         Lepas kartu MMC, SD, USB Flash apabila tidak digunakan
·         Kecilkan volume suara dan kontras layar
·         Minimalisir penggunaan IrDA (infrared) atau serial communication, karena boros energi
·         Upgrade RAM sebelum ganti laptop
·    Jangan cepat membuang Laptop, lakukan recycle atau donasi ke pihak lain apabila sudah tidak digunakan


3.      Green Computing on Paperless Method
Usahakan menggunakan paperless method untuk berbagai urusan kita karena itu mengurangi sampah carbon footprint. Apabila memungkinkan kembangkan dan terapkan Document Management System, Electronic Invoicing dan Electronic Business Process pada institusi kita.

4.      Green Computing on Paperless Education
·         Hindari kertas, gunakan file elektronik or blog untuk pengumpulan laporan dan tugas
·         Lupakan cara konvensional, gunakan E-Learning System untuk penyebaran modul ajar, forum diskusi dan assesment
·         Gunakan Chatting dan Social Networking untuk mendukung pembelajaran. Ingat bahwa chatting untuk pacaran or godain orang, are not Green Computing!

5.      Green Computing on Paperless Branding and Marketing
·         Lupakan kartu nama, CV, koran dan majalah untuk personal branding
·         Lakukan blogging untuk personal branding, marketing, bisnis bahkan influencing people
·         Manfaatkan google sebagai kurir dan salesman kita dalam marketing dan branding

3.7 Manfaat Green Computing
Manfaat yang bisa kita dapatkan apabila kita bisa menerapkan Green Computing, yaitu : 
·         Mewujudkan ramah lingkungan
·         Terhindar dari Krisis listrik berkelanjutan
·         Penghematan Kertas di Indonesia
·         Memelihara Lingkungan agar menjadi lebih baik dan higienis
·         Memperpanjang masa pakai perangkat keras
·         Menghemat daya dan mengurangi tagihan listrik yang ada
·         Masih banyak lagi manfaat yang kita peroleh jika kita bisa menerapkan green computing.

3.8 Perusahaan Yang Menerapkan Green Computing dan Posisi/ Peringkat pada Perusahaan yang menerapkan Green Computing menurut Greenpeace

Greenpeace sebuah organisasi pecinta lingkungan yang sangat ternama
memuat produsen-produsen ponsel dan PC ternama yang masuk golongan hijau dan yang tidak hijau. Di posisi teratas adalah perusahaan paling ramah lingkungan. Rangking ini dibuat berdasarkan penggunaan bahan kimia berbahaya dan tingkatan tanggungjawab mereka akan limbah elektronik (e-waste) yang timbul akibat produk mereka. Penilaian difokuskan pada, bagimana produsen besar yang melakukan usaha keras untuk menghilangkan bahan kimia paling berbahaya dan perusahaan mana yang memiliki program recycling (daur ulang) yang baik untuk produk-produk mereka.

Penilaian ini sangat penting, agar si produsen pembuat barang elektronik tahu bahwa limbah elektronik sangat berbahaya bagi lingkungan dan kita sendiri. begitu pun dengan limbah elektronik yang menumpuk dan mencemari bumi kita. perusahaan yang baik akan memastikan limbah atau barang elektronik yang tidak terpakai lagi tidak berakhir pada tempat-tempat pembuangan limbah elektronik atau pun di kirim ke negara lain.

Dibawah ini termasuk ranking Perusahaan yang E-waste tertinggi menurut Greenpeace adalah:

1.Ranking 1.3/10 Lenovo
2.Ranking 1.7/10 Motorola
3.Ranking 2.3/10 Acer
4.Ranking 2.7/10 Apple
5.Ranking 3/10 Fujitsu-Siemens
6.Ranking 3/10 Toshiba
7.Ranking 3.3/10 Panasonic
8.Ranking 4.3/10 LG Electronics
9.Ranking 4.7/10 Sony
10. Ranking 4.7/10 HP
11. Ranking 5/10 Samsung
12. Ranking 5.3/10 Sony Ericsson
13. Ranking 7/10 Dell
14. Ranking 7/10 Nokia

BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, kesimpulan makalah ini adalah :
1.      Kesadaran ber-Green Computing masih kurang, terutama di Indonesia.
2.      Banyak sekali masalah yang ditimbulkan oleh limbah elektronik.
3.      Belum adanya peraturan yang tegas dari pemerintah Indonesia mengenai masalah limbah elektronik.

4.2 Saran

Berkembangnya era digitalisasi membuktikan bahwa masyarakat Indonesia dan dunia pada umumnya semakin maju dan cerdas. Kemajuan dalam dunia IT semestinya diimbangi dengan peran masyarakat dalam lingkungan. karena di atas telah dikemukakan bahwa aktivitas manusia merupakan sumber terbesar dalam kerusakan lingkungan, maka sebagai manusia IT, penggunaan Green Computing merupakan sebuah langkah strategi untuk mendorong Indonesia menjadi salah satu negara pengguna dan pemilik teknologi energi yang maju, lebih bersih, efisien, dan menjamin ketersediaan energi di masa depan.


DAFTAR PUSTAKA

Nurlunawati. (2012). Green Computing. 21-09 2012

http://nurlunawati94.blogspot.com/2012/09/green-computing.html


Wahono, Romi. (2008). Green Computing Untuk Orang Lugu. 11-05-2012

Yusi. (2011). Green Computing : Tindakan Untuk Mewujudkan Masa Depan Berkesinambungan. 13-05-2012


Hamfaz. (2010). Bahaya Limbah Elektroknik Bagi Lingkungan. 22-04-2010

Sadyanhobi. (2010). bahaya sampah elektronik

http://sadyanhobi.blogspot.com/p/bahaya-sampah-elektronik.html

Soulofmyheart.(2008).Apa itu Green Computing ?. 24-12-2008

http://soulofmyheart.blogspot.com/2008/12/apa-itu-green-computing.html


A’ayun, Qurrota. (2009). Limbah Elektronik, Siapa yang Bertanggung Jawab?. 13-05-2012


Tidak ada komentar:

Posting Komentar