GREEN COMPUTING
TOPIK-TOPIK LANJUTAN
Andy Linnard
D. 1501164504
Yudha
Rizki Nursofyan 1501163634
Indra Kurniawan 1501163880
Julio
Andre 1501156585
06PMM
Binus
University
Jakarta
2014
ABSTRAK
Semakin banyaknya penggunaan computer
dan segala elemen pendukungnya yang sering disebut dengan istilah teknologi informasi sedang disorot
banyak pihak, ada yang mengatakan peran dari IT ini tidak lebih sebagai
penambah masalah bagi perubahan iklim dan isu global warming, namun di sisi
lain banyak pula yang menyatakan IT adalah solusi yang tepat untuk mengatasi climate change maupun global warming.Aktivitas manusia yang
paling banyak mempengaruhi lingkungan ataupun kerusakan lingkungan tersebut
merupakan fenomena nyata .Hal ini dapat diketahui dengan melihat permintaan
listrik di Indonesia terus meningkat, 10% – 15% per tahun.Entah untuk kegiatan
rumah tangga, perkantoran, dan industri.Pada bulan Oktober 2005 diperhitungkan
cadangan listrik di Jawa – Bali hanya tinggal 120 MW (megawatt), sementara
idealnya cadangan minimum yang harus tersedia 600MW (Simanjorang, 2010). Hal
ini telah menandakan cadangan energy semakin menipis. Selain itu pengguna
komputer di Indonesia saat ini sebanyak 40 juta. Dari jumlah
tersebut lebih dari separuhnya telah
terkoneksi dengan internet.hal ini tentunya akan mendorong kebutuhan energy
listrik yang semakin meningkat. Menurut Internet World Stats,
Indonesia memiliki jumlah populasi pada tahun 2009 sebesar 240.271.522 penduduk
dengan jumlah pengguna internet sebesar 25.000.000 penduduk per Mei 2008 pada
tingkat penetrasi 10.4% menurut APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia).Untuk mengatasi permasalahan tersebut Green computing merupakan salah satu strategi jitu untuk penggunaan
sumber daya computer secara efisien. Hasil dari penggunaan Green computing ini seperti terhindar dari krisis listrik yang
berkelanjutan, penghematan energy, penghematan biaya dan menjaga lingkungan
agar menjadi lebih baik.
Kata kunci : Global Warming, Green computing, hasil dari penggunaan Green computing
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komputer
dan segala elemen pendukungnya yang sering disebut dengan istilah teknologi informasi sedang disorot
banyak pihak, ada yang mengatakan peran dari IT ini tidak lebih sebagai
penambah masalah bagi perubahan iklim dan isu global warming, namun disisi lain
banyak pula yang menyatakan IT adalah solusi yang tepat untuk mengatasi climate change maupun global warming.
Di dunia
semakin terjadi krisis energi. Hal ini disebabkan oleh ketergantungan manusia
pada minyak yang sangat tinggi, yaitu skala 37%. Padahal minyak tersebut
bersifat polutan, yaitu tidak bisa diperbaharui. Diperparah dengan kondisi
hutan yang semakin menyempit (deforestasi) dan global warming, maka kondisi
dunia semakin kritis. Pelestarian lingkungan hidup dan iklim bumi termasuk di antara
tantangan global abad ke-21 yang disadari sepenuhnya oleh kalangan politik,
media dan masyarakat umum di dunia internasional.
Pemanasan
atau pendinginan global dipengaruhi oleh faktor alam dan faktor manusia. Yang
termasuk faktor alam adalah tingkat radiasi matahari dan letusan gunung.
Sementara, letusan gunung berapi memberikan efek penuruanan suhu bumi untuk
beberapa saat. Aktifitas manusia juga memberikan efek pada naik turunnya suhu
bumi. Namun jika diakumulasi, maka secara keseluruhan aktifitas manusia pada
peningkatan suhu bumi jauh lebih besar daripada kontribusi faktor-faktor yang
lain . Besarnya kontribusi terhadap pemanasan global disebut dengan istilah radiative
forcing. Semakin besar radiative forcing semakin besar
kontribusinya terhadap pemasan global.
Aktivitas
manusia yang paling banyak mempengaruhi lingkungan ataupun kerusakan lingkungan
tersebut merupakan fenomena nyata. Hal ini dapat diketahui salah satunya dengan
melihat permintaan listrik di Indonesia terus meningkat, 10% – 15% per tahun.
Entah untuk kegiatan rumah tangga, perkantoran, dan industri. Pada bulan
Oktober 2005 diperhitungkan cadangan listrik di Jawa – Bali hanya tinggal 120
MW (megawatt), sementara idealnya cadangan minimum yang harus tersedia 600MW
(Simanjorang, 2010). Hal ini telah menandakan cadangan energy semakin menipis.
Sehingga, PLN sering memberlakukan pemadaman bergilir. Lebih-lebih di era globalisasi ini
dimana informasi sangat penting dan menjamurnya dunia internet dikalangan
pelajar, pebisnis maupun masyarakat pada umumnya.
Nawala Departemen Pendidikan Nasional
mencatat, pengguna komputer di Indonesia saat ini sebanyak 40 juta. Dari
jumlah tersebut lebih dari separuhnya telah terkoneksi dengan internet. hal ini
tentunya akan mendorong kebutuhan energy listrik yang semakin meningkat.
Menurut InternetWorldStats, Indonesia memiliki jumlah populasi pada
tahun 2009 sebesar 240.271.522 penduduk dengan jumlah pengguna internet sebesar
25.000.000 penduduk per Mei 2008 pada tingkat penetrasi 10.4% menurut APJII
(Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia).
Hal ini merupakan salah satu fenomena
betapa jumlah populasi ini menjadi penyebab beralihnya gaya hidup masyarakat di
bidang teknologi, khususnya penggunaan laptop/notebook. Bagaimana tidak,
menjamurnya masyarakat yang membawa laptop untuk aktivitas sehari-sehari
merupakan suatu kebutuhan layaknya sandang dan pangan. Pergeseran nilai budaya
ini sebanding dengan maraknya teknologi yang murah, mudah, dan menjanjikan.
Internet merupakan salah satu pemicu masyarakat untuk beralih ke gaya hidup
yang dilingkupi kemudahan melalui tren Teknologi Informasi. Bahkan, Indonesia
sudah menembus angka 294.500 pengguna koneksi internet broadband per Juni 2009
menurut ITU (International Telecommunication Union). Sehingga, menurut data ITU
dan APJII, dapat ditarik kesimpulan bahwa salah satu alasan masyarakat untuk
memanfaatkan laptop karena adanya eksistensi internet. Jelas tidak disangkal
bahwa kedepannya, masyarakat akan lebih memilih teknologi untuk memanjakan
hidupnya dan sebagai salah satu bagian dari gaya hidup di era digitalisasi.
Kemajuan teknologi informasi di
Indonesia saat ini mulai pesat, perilaku boros dalam menggunakan energi akan
menambah dampak dari pemanasan global. Tentunya hal ini harus dibarengi oleh
penggunaan teknologi informasi yang ramah lingkungan. Green computing merupakan salah satu strategi jitu untuk penggunaan
sumber daya computer secara efisien.
1.2 Ruang Lingkup
Mengingat luasnya cakupan
ruang lingkup green computing, maka
ruang lingkup yang dibahas dibatasi pada :
1. Memberikan Informasi
mengenai green computing di
Indonesia.
2. Tips-tips melakukan green computing.
1.3 Tujuan dan Manfaat
Berdasarkan pembahasan
pada latar belakang, maka dapat ditentukan tujuan penelitian ini, yaitu untuk
mengetahui perkembangan green computing
yang ada di Indonesia.
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat-manfaat sebagai berikut :
1. Memberikan pengetahuan kepada
pembaca mengenai pentingnya green computing.
2. Pembaca dapat menjalankan green
computing.
1.4 Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan terdiri dari beberapa
bagian, yaitu :
1. Studi pustaka
Metode pengumpulan informasi yang digunakan melalui studi
artikel media internet dan buku-buku referensi yang dapat dijadikan sumber dan
panduan dalam penyusunan penulisan ini.
2. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah
dengan menganalisis dan me-review
perkembangan green computing yang ada di Indonesia.
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah
pembahasan dan memberikan gambaran yang sistematis dalam memahami topik yang
disajikan, kami membagi paper ini ke dalam bagian-bagian berupa bab yaitu :
BAB I : Pendahuluan
Dalam bab ini diuraikan tentang
masalah pokok yang dibahas dalam paper ini, yang terdiri dari Latar Belakang,
Ruang Lingkup, Tujuan dan Manfaaat, Metodologi Penelitian, dan Sistematika
Penulisan.
BAB
II : Landasan Teori
Dalam bab ini akan
menguraikan teori atau konsep yang melandasi hal-hal yang terdapat dalam
penelitian ini, secara umum dijelaskan tentang teori-teori yang berhubungan dengan
kinerja sistem informasi baik dikutip dari berbagai referensi maupun hasil
riset yang didapat.
BAB
III : Pembahasan
Dalam bab ini berisi
hasil penelitian yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan dan manfaat yang
ditetapkan pada pendahuluan. Lalu menunjukkan bagaimana pemikiran atau
temuan-temuan diperoleh, menginterpretasikan temuan, dan mengaitkannya dengan
teori yang digunakan.
BAB
IV : Penutup
Dalam bab ini penulis
akan menarik bebarapa kesimpulan berdasarkanpetunjuk dari buku-buku referensi, internet,
dan seminar teori-teori lanjutan sistem informasi serta saran yang mungkin akan
diterapkan untuk kemajuan perusahaan.
BAB 2
Green
computing adalah kajian dan praktik penggunaan sumber daya computer secara efisien.Dari beberapa sumber yang
didapat, diperoleh teori-teori sebagai berikut :
Menurut
Kaseya (2008, p1) dalam bukunya berjudul Green
Computing: Using IT Automation to Achieve Energy Efficieny, green computing atau green IT adalah praktek pelaksanaan kebijakan dan prosedur dengan meningkatkan
efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk mengurangi dampak lingkungan
dari pemanfaatannya.
Menurut
Tripathi, Praveen (2012, p174-177) dalam jurnal berjudul Green Computing as a Mandatory Revolution For Proper End - of - Life.
Green Computing merupakan studi dan realisasi dalam penggunaan sumber daya komputasi
secara efisien serta ramah lingkungan
Dari
beberapa landasan teori di atas mendifinisikan bahwa Green computing mencipatakan suatu teknologi yang ramah terhadap lingkungan
secara efisien menghemat energy.
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Sejarah
Green Computing
Salah satu manifestasi pertama dari gerakan Green Computing adalah peluncuran
kembali ENERGY STAR Program pada
tahun 1992. Energy Star menjabat
sebagai semacam label sukarela diberikan kepada produk komputasi yang berhasil
meminimalkan penggunaan energi sekaligus memaksimalkan efisiensi. Energy Star diterapkan untuk produk
seperti monitor komputer, televisi dan perangkat kontrol suhu seperti kulkas,
AC, dan barang serupa.
3.2 Bahayanya Sampah Elektronik
Kota Guiyu di daratan China adalah
rumah bagi 5500 industri rumahan yang mengolah bagian-bagian dari elektronik
bekas, yang dikenal dengan sebutan e-waste (sampah elektronik). Berdasarkan
data dari situs lokal, wilayah tersebut setiap tahunnya mengolah sekitar 1.5
juta pon sampah yang terdiri dari sampah komputer, ponsel maupun perangkat
elektronik lainnya. Industri tersebut menjadi lapangan pekerjaan yang
menggiurkan bagi masayarakat di Guiyu.
Kebanyakan ponsel dan perangkat
komputer tua dapat dibongkar dan komponen metal di dalamnya didaur ulang, akan
tetapi menjalankan proses daur ulang ini secara aman membutuhkan waktu yang
sangat panjang. Oleh karena itu banyak produsen elektronik yang mengirimkan
elektronik bekas keluar negeri, di mana alat-alat ini dibakar tanpa
mempedulikan linkungan dan kesehatan manusia di sekitarnya.
Hampir 80% dari peralatan elektronik bekas yang diolah
berasal dari luar China, terutama sekali dari Amerika, satu-satunya negara
industri yang menolak menandatangani perjanjian Basel yang dibuat untuk
mengatur ekspor limbah berbahaya ke negara-negara berkembang untuk didaur
ulang.
Mereka memilih membuang sampah elektronik di Guiyu dan
tempat lain yang serupa di India dan wilayah Afrika, karena biayanya yang murah
dan mekanismenya yang lebih mudah, di mana perusahaan tidak terikat peraturan
daur ulang yang ketat. Dari bisnis pengolahan limbah elektronik ini, situs
Guiyu melaporkan pemasukan tahunan sekitar 75 juta dollar.
Mereka mengolah sampah elektronik dengan
memisah-misahkan tiap bagian dan mengelompokkannya, kemudian mengambil
kandungan timah, emas, tembaga dan jenis logam lainnya dari papan sirkuit,
kabel, chip dan bagian lain dari perangkat elektronik. Pada foto di atas
seorang pekerja sedang memanaskan papan komputer di atas lapisan besi untuk
melucuti timah solderan dari chip komputer.
Industri kecil ini mempekerjakan 10.000 orang yang kebanyakan
masih di bawah umur. Bisa dibayangkan akibat dari komponen elektronik yang
mengandung merkuri dan racun yang berbahaya terhadap mereka. Laporan kesehatan
dari wilayah Guiyu menyebutkan banyak anak-anak yang menderita karena tingginya
tingkat pencemaran lingkungan akibat timah. Kemudian laporan dari universitas
Shantou, Guiyu memiliki tingkat penderita penyakit kanker yang disebabkan oleh
dioksin paling tinggi di dunia dan peningkatan pada kasus keguguran pada wanita
hamil.
Industri semacam ini banyak menghasilkan pencemaran
lingkungan karena banyak membuang limbah hasil olahan, terutama debu dari
pembakaran batu bara yang langsung dibuang ke sungai dan selokan kota,
menyebabkan pencemaran terhadap air sumur dan air tanah.
Gambar 3.2 Tumpukan limbah elektronik di kota Guiyu, China
3.3 Kebijakan Pemerintah Dalam Limbah Elektronik
Perkembangan teknologi
akan memiliki dampak yang beragam terhadap manusia dan alam sekitarnya.
Kenyamanan, kemudahan, kesenangan adalah beberapa dampak positif yang dirasakan
oleh manusia. Komunikasi jarak jauh yang biasanya hanya bisa dilakukan melalui
surat menyurat paket POS, dengan produk teknologi handphone yang semakin murah
komunikasi tersebut menjadi terasa sangat mudah dan cepat; dengan teknologi
internet dan perangkat pendukungnya, e-mail atau electronic mail
menjadi salah satu pilihan utama dalam mengirimkan surat atau pesan yang
relatif panjang dan resmi. Dan teknologi-teknologi lain yang semakin hari
semakin hari semakin murah dan canggih, TV, DVD player, peralatan rumah tangga,
mainan anak, alat bantu listrik, dan lain sebagainya. Semua itu adalah
produk teknologi yang tidak bisa dicegah perkembangan dan keberadaannya terkait
dengan tuntutan dan kebutuhan.
Selain memberikan dampak
positif, juga ada beberapa hal jika penangannya tidak dilakukan akan memberikan
dampak negatif. Semakin murah dan beragamnya teknologi elektronika, akan
membuat semakin banyaknya pengguna teknologi ini. Jika semakin banyaknya pengguna
teknologi ini, memberikan peluang besar semakin banyaknya limbah elektronika.
Pencemaran lingkungan yang berdampak selain merusak lingkungan itu sendiri juga
kesehatan sekitarnya. Seluruh produk elektronika, seperti pada tulisan yang
dimuat di Harian Batam Pos, Sabtu, 04 Juli 2009 dengan topik “Mengenal
RoHS” tidak bisa dihindari dari penggunaan bahan berbahaya (Pb, Cd, Hg, Cr6+,
PBB, daPBDE). Penggunaan bahan berbahaya ini tentunya sudah diatur agar
konsentrasinya tidak melebihi konsentrasi maksimum yang sudah ditetapkan dalam
standar. Pembatasan konsentrasi ini tentunya mempertimbangkan keamanan dan
kesehatan bagi pengguna produk tersebut.
Walaupun penggunaan bahan
berbaya ini sudah dibatasi, sebagaimana yang termuat dalam kebijakan Uni Eropa
DIRECTIVE 2002/95/EC tentang pelarangan dan pembatasan penggunaan bahan
berbahaya (logam berat) atau dikenal dengan RoHS, tetapi tetap saja akan
memberikan dampak buruk jika saja penangan limbah produk elektronika ini tidak
dilakukan dengan baik. Sebagai contoh: Kota Guiyu di daratan China adalah rumah
bagi 5500 industri rumahan yang mengolah bagian-bagian dari elektronik bekas,
yang dikenal dengan sebutan e-waste (limbah elektronik). Berdasarkan
data dari situs lokal, wilayah tersebut setiap tahunnya mengolah sekitar 1.5
juta ton limbah yang terdiri dari limbah komputer, ponsel maupun perangkat
elektronik lainnya. Industri tersebut menjadi lapangan pekerjaan yang
menggiurkan bagi masayarakat di Guiyu. Tetapi tanpa disadari, efek ekspos racun
dari tumpukan limbah elektronik akan sangat berbahaya bagi pekerja, juga alam
sekitar jadi tercemar dengan banyaknya bahan beracun dipakai dalam pembuatan
perangkat elektronik. Laporan kesehatan dari wilayah Guiyu menyebutkan banyak
anak-anak yang menderita karena tingginya tingkat pencemaran lingkungan akibat
timah. Kemudian laporan dari universitas Shantou, Guiyu memiliki tingkat
penderita penyakit kanker yang disebabkan oleh dioksin paling tinggi di dunia
dan peningkatan pada kasus keguguran pada wanita hamil.
Jalur pemaparan bahan
kimia berbahaya ini bisa melalui berbagai cara, diantaranya: Penyerapan secara
langsung dari produk, seperti dengan jalan menggigit salah satu bagian dari
produk, menghirup, dan proses pelepasan bahan kimia berbahaya ke air, atmosfer
dan tanah dari produk yang dibuang dan dengan cepat diambil oleh manusia dan
ekosistem melalui rantai makanan. Banyak sekali bahaya akibat terkontaminasinya
tubuh kita dengan bahan berbahaya ini, diantaranya: kanker, ginjal, kerusakan
jaringan tubuh secara permanent, iritasi usus, hati, kerusakan saluran
metabolik, hipertensi darah, hiperaktif, kerusakan otak, lumbago, kerusakan
tulang karena tulang menjadi lunak dan keracunan kronis, dan lain sebagainya.
Di Eropa, kebijakan
penanganan limbah elektronik ini sudah diatur dalam di DIRECTIVE 2002/96/EC
tentang penanganan limbah peralatan elektronik dan listrik atau WEEE (Waste from Electrical and Electronic
Equipment). Dalam kebijakan tersebut selain diatur tentang bagaimana
penanganan limbah elektronik, juga menjelaskan siapa-siapa saja yang
bertanggung jawab dalam menangani limbah tersebut. Kebijakan tersebut
menyebutkan bahwa yang bertanggung jawab dalam penanganan limbah elektronik ini
adalah produsen, distributor dan pemerintah sendiri. Produsen dan distributor
dituntut untuk menangani limbah elektronik jika peralatan elektronik yang
dimiliki oleh konsumen sudah tidak digunakan lagi/menjadi limbah, serta
menanggung seluruh biaya pengolahannya. Untuk menghindari jika ada sebuah
perusahaan tidak bisa melanjutkan usahanya atau dengan kata lain bangkrut, maka
pemerintah mewajibkan setiap perusahaan memiliki bank garansi dari bank-bank
yang sudah ditentukan, agar setiap produk yang akan dipasarkan di Eropa
memiliki garansi pengolahan limbahnya. Implikasi dari penerapan kebijakan ini,
setiap produk elektronika yang beredar di Eropa relatif menjadi lebih mahal
dibanding dengan produk elektronika yang beredar di luar Eropa karena ada biaya
untuk mengkover pengolahan limbah dari produk elektronik tersebut.
Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) memperkirakan, sekitar 20 sampai 50 juta ton limbah elektronik dihasilkan
per tahunnya. Negara-negara maju, terutama Uni Eropa menjadi kewalahan dalam
melakukan pengolahan/penanganan limbah elektronik, karena tingkat konsumsi
produk elektronika semakin meningkat. Untuk mengatasi hal tersebut, 70 persen
dari limbah yang beredar di Eropa dibuang di negara-negara miskin dan
berkembang. Menurut studi lembaga lingkungan Greenpeace, pada tahun 2010 akan
terjadi peningkatan ratusan persen jumlah limbah elektronik di negara
berkembang. Ekspor limbah mudah terjadi karena lemahnya regulasi di negara
-negara itu, semisal di China, Filipina atau Vietnam. Indonesia sendiri akan
menjadi negara potensial penerima limbah tersebut, jika saja pemerintah tidak
memperketat regulasi limbah elektronika.
Pemerintah Indonesia
belum memiliki regulasi seperti yang diterapkan di Uni Eropa, tetapi paling
tidak harus sudah mulai fokus dalam menangani limbah elektronika. Mulai dari
pengawasan dan penerapan aturan yang ketat terhadap impor elektronika ilegal,
pembuatan produk hukum dan kebijakan yang jelas tentang pengolahan limbah
elektronika, serta yang paling penting adalah implementasi produk hukum atau
kebijakan secara konsisten.
www.binus.ac.id
3.4 Dampak Limbah Komputer
Setiap bagian dari perangkat
komputer (monitor, PC, notebook, printer) ini mengandung berbagai macam zat
racun yang dapat membahayakan makhluk hidup di sekitarnya, termausk manusia.
Oleh karena itu, dalam pendaurulangannya harus sangat hati-hati dan dengan
prosedur yang benar. Jika tidak, maka zat-zat tersebut akan lepas ke udara, air
dan tanah dengan tidak terkendali.
Menurut jenis perangkat dan zat
pencemarnya antara lain:
·
Printer
Printer
adalah perangkat yang paling sederhana untuk didaur ulang. Tidak hanya
cartridge-nya yang dapat didaur ulang, namun juga printernya. Mungkin untuk
cartridgenya, sebagian masyarakat juga sudah mengetahui bahwa plastik menjadi
bahan dasar untuk membuat tempat penampung tintanya. Sehingga proses
pendaurulangannya sama dengan seperti mendaur ulang plastik biasa. Namun, isi
dari cartridget itu sendiri yang banyak mengandung karbon hitam, harus
dibersihkan terlebih dahulu.
Jika
cartridge berisikan tinta cair, maka air limbah cucian harus diproses
sedemikian rupa agar tidak mencemari sumber air dan tanah di sekitarnya.
Sedangkan jika cartridge berisikan pewarna serbuk, maka dengan membersihkannya
secara manual akan menyebabkan polusi udara yang sangat berbahaya bagi si
pekerja. Sebab karbon hitam yang terhirup melalui udara tersebut dapat
menyebabkan berbagai penyakit pernafasan yang sangat berbahaya, seperti asma
(sesak nafas).
Sedangkan
jika karbon tersebut mencemari air, maka manusia maupun makhluk hidup lainnya
tidak akan dapat memanfaatkan air tersebut untuk dikonsumsi, meskipun telah
melalui proses pendidihan terlebih dahulu. Peleburan plastik yang tidak melalui
proses yang semestinya (pembakaran tidak sempurna), akan menyebabkan polusi
udara yang mengandung zat dioxin dan furans yang sangat berbahaya bagi
kesehatan, terutama siapa saja yang menghirup secara langsung. Salah satu
penyakit yang dapat disebabkan oleh dioxin dan furans itu sendiri adalah
terganggunya sistem syaraf. disamping itu dioxin dan furans tergolong zat yang
mudah larut dalam lemak, sehingga janin dalam ibu hamil atau air susu ibu
menyusui akan sangat mudah ikut pula tercemar.
Berbeda
dengan mesin printernya sendiri yang tidak hanya mengandung plastik dan karbon
hitam saja, melainkan juga ikut terkandung besi di dalamnya. Hal inilah yang
ikut membuat banyak masyarakat (kelas bawah) tertarik mendaur ulang e-waste.
Karena harga per kilogram besi bekas yang terkumpul dapat mencapai Rp.
15.000,-. Harga yang cukup menggiurkan bagi sebagian orang, apalagi di jaman
seperti sekarang.
Selain tidak
adanya peraturan yang melarang daur ulang secara tradisional, kondisi
perekonomian yang kurang baik di beberapa negara penerima e-waste juga telah
menjadi pemicu bagi sebagian masyarakat untuk bersedia melakukan pekerjaan
tersebut, tanpa mempedulikan dampak lingkungan yang ditimbulkannya. Bahkan kesehatan
mereka sendiripun ikut diacuhkan.
·
CPU
Di dalam CPU
lebih banyak lagi bahan yang memang dapat dimanfaatkan, namun proses
pengambilannya juga memiliki dampak buruk yang lebih besar lagi bagi lingkungan
maupun kesehatan. Seperti yang kita ketahui bahwa dalam sebuah CPU setidaknya
terdapat satu buah papan elektronik (PCB) yang berfungsi sebagai mainboard.
Belum lagi bagian lain seperti HDD, Disk driver, CD-ROM, dan masih banyak lagi.
Otomatis isi dari CPU ini memiliki lebih banyak komponen yang dapat didaur
ulang. Dan tentu saja dengan masing-masing cara yang berbeda pula.
Komponen-komponen dalam CPU akan dipilah-pilah menurut bagiannya masing-masing.
·
Kabel
Kabel-kabel
dalam komputer akan dikumpulkan menjadi satu, kemudian dibakar untuk diambil
kawat tembaganya. Padahal kita ketahui bahwa bagian luar dari kabel-kabel
tersebut merupakan bahan karet yang ketika dibakar dapat menimbulkan polusi
udara bagi sekitarnya. Belum lagi sisa pembakarannya yang tidak hanya berupa
kawat tembaga saja, tentu saja akan ikut mencemari lingkungan sekitar
pembakaran tersebut.
·
Papan Sirkuit (PCB)
Ada beberapa
zat berbahaya dan beracun dalam komponen yang terpasang di atas papan sirkuit
tersebut, yang menjadi alas an mengapa papan sirkuit tidak boleh didaur ulang
sembarangan. Di antaranya adalah zat-zat seperti timah, mercury dan cadmium,
yang masing masing memiliki dampak yang sangat berbahaya. Misalnya timah. Jika
uap timah ini terhirup terlalu banyak ke dalam tubuh, maka dapat menghambat
perkembangan otak, khususnya anak-anak. Sedangkan mercury yang mengalir dalam
perairan akan mengendap dan termakan oleh ikan, yang kemudian jika tidak sengaj
termakan oleh manusia dapat menyebabkan kerusakan otak yang sangat fatal.
Selain itu, cadmium yang terhirup oleh tubuh manusia yang dapat menyebabkan
kerusakan ginjal. Mengapa banyak orang yang tertarik untuk mendaur ulang papan
sirkuit? Karena komponen yang terpasang di atasnya mengandung beberapa zat yang
memiliki harga jual, contohnya emas. Proses untuk mendapatkan emas ini sendiri sangat
rumit dan panjang. Bahkan proses kimianya sangat berbahaya jika tersentuh oleh
kulit, karena menggunakan zat yang dinamakan asam nitrat.
·
Monitor
Khususnya
untuk monitor CRT. Tabung yang menjadi komponen utama monitor ini dinilai
sangat berbahaya jika harus dilepaskan secara manual dengan tangan. Mengingat
tabung ini termasuk barang yang mudah meledak. Selain itu, mercury dan cadmium
di dalamnya juga sangat berbahaya seperti yang telah dituturkan sebelumnya.Jika
mercury dan cadmium yang di dalamnya lepas ke alam bebas, maka akan terjadi
pencemaran lingkungan . Apalagi jika kedua zat ini masuk ke dalam tubuh manusia
secara langsung. Maka dapat dipastikan orang tersebut akan mengalami gangguan
fungsi saraf dan otak.
3.5 Mengurangi Bahaya Limbah Elektronik
Setiap
tahun, antara 20-50 juta ton limbah elektronik (e-waste) dibuang tanpa diproses dengan cara yang ramah lingkungan,
menurut data PBB. E-waste bisa
menjadi ancaman serius bagi lingkungan dan manusia karena ia adalah sumber
toksin, termasuk zat karsinogenik.
Kita sebagai warga negara
harus memiliki kesadaran yang tinggi akan bahayanya limbah elektronika.
Kesadaran ini dapat diterapkan dengan:
- Mengurangi pembelian alat elektronik yang tidak menjadi prioritas
- Beli produk yang dapat di-upgrade dengan mudah.
- Jika tidak rusak, tidak perlu beli HP baru
- Pilih baterai yang bisa diisi ulang (rechargeable). Walaupun sedikit lebih mahal, tapi bisa dipakai ulang.
- Olah e-waste sahabat secara ramah lingkungan. Baterai dan CD bekas bisa diantar untuk didaur ulang
3.6 Cara-Cara Untuk Melakukan Green
Computing
Banyak sekali cara-cara untuk melakukan green computing, berikut ini adalah
cara-cara sederhana yang dapat kita lakukan :
1. Green
Computing on PC
· Laptop hanya memerlukan 10% energi yang
digunakan Desktop. Flat screen hanya menggunakan 30% energi yang digunakan oleh
Monitor CRT
· Coba upgrade RAM, sebelum memutuskan ganti
komputer. Komputer lambat bisa karena kotornya registry atau ada background
services yang berjalan padahal sebenarnya tidak kita perlukan. Cek dan
matikan services yang sedang berjalan padahal tidak perlu itu.
Misalnya untuk Windows jalankan Start > Run > type “msconfig”
· Menggunakan PC dan printer dengan merk dan
jenis sama memudahkan kanibalisme dan proses recycle
· Matikan komputer ketika tidak digunakan (malam
hari). Mematikan komputer akan mengurangi umur komputer adalah mitos yang salah
· Screen saver is not energy saver. Pilih
matikan monitor daripada menggunakan screen saver
· Pilih virtualisasi daripada pembelian hardware
baru (hemat 70% energi)
· Pilih peripheral berlogo energy star
· Jangan cepat membuang PC, lakukan recycle atau
donasi ke pihak lain apabila sudah tidak digunakan
·
Gunakan power saving setting
·
Kurangi penggunaan backlight
·
Atur layar dan harddisk sleep/off setelah
beberapa menit tanpa penggunaan
·
Matikan bluetooth dan wifi ketika tidak
digunakan
·
Lepas kartu MMC, SD, USB Flash apabila tidak
digunakan
·
Kecilkan volume suara dan kontras layar
·
Minimalisir penggunaan IrDA (infrared) atau
serial communication, karena boros energi
·
Upgrade RAM sebelum ganti laptop
· Jangan cepat membuang Laptop, lakukan recycle
atau donasi ke pihak lain apabila sudah tidak digunakan
3.
Green Computing on Paperless Method
Usahakan menggunakan
paperless method untuk berbagai urusan kita karena itu mengurangi
sampah carbon footprint. Apabila memungkinkan kembangkan dan terapkan Document
Management System, Electronic Invoicing dan Electronic
Business Process pada institusi kita.
4.
Green Computing on Paperless Education
·
Hindari kertas, gunakan file elektronik or blog
untuk pengumpulan laporan dan tugas
·
Lupakan cara konvensional, gunakan E-Learning System untuk penyebaran
modul ajar, forum diskusi dan assesment
·
Gunakan Chatting dan Social
Networking untuk mendukung pembelajaran. Ingat bahwa chatting
untuk pacaran or godain orang, are not Green Computing!
5.
Green Computing on Paperless Branding and Marketing
·
Lupakan kartu nama, CV, koran dan majalah untuk
personal branding
·
Lakukan blogging untuk personal branding,
marketing, bisnis bahkan influencing people
·
Manfaatkan google sebagai kurir dan salesman
kita dalam marketing dan branding
3.7 Manfaat Green Computing
Manfaat
yang bisa kita dapatkan apabila kita bisa menerapkan Green Computing, yaitu
:
·
Mewujudkan ramah lingkungan
·
Terhindar dari Krisis listrik berkelanjutan
·
Penghematan Kertas di Indonesia
·
Memelihara Lingkungan agar menjadi lebih baik
dan higienis
·
Memperpanjang masa pakai perangkat keras
·
Menghemat daya dan mengurangi tagihan listrik
yang ada
·
Masih banyak lagi manfaat yang kita peroleh jika
kita bisa menerapkan green computing.
3.8 Perusahaan Yang
Menerapkan Green Computing dan Posisi/
Peringkat pada Perusahaan yang menerapkan
Green Computing menurut Greenpeace
Greenpeace
sebuah organisasi pecinta lingkungan yang sangat ternama
memuat produsen-produsen ponsel dan PC ternama yang masuk golongan hijau dan yang tidak hijau. Di posisi teratas adalah perusahaan paling ramah lingkungan. Rangking ini dibuat berdasarkan penggunaan bahan kimia berbahaya dan tingkatan tanggungjawab mereka akan limbah elektronik (e-waste) yang timbul akibat produk mereka. Penilaian difokuskan pada, bagimana produsen besar yang melakukan usaha keras untuk menghilangkan bahan kimia paling berbahaya dan perusahaan mana yang memiliki program recycling (daur ulang) yang baik untuk produk-produk mereka.
memuat produsen-produsen ponsel dan PC ternama yang masuk golongan hijau dan yang tidak hijau. Di posisi teratas adalah perusahaan paling ramah lingkungan. Rangking ini dibuat berdasarkan penggunaan bahan kimia berbahaya dan tingkatan tanggungjawab mereka akan limbah elektronik (e-waste) yang timbul akibat produk mereka. Penilaian difokuskan pada, bagimana produsen besar yang melakukan usaha keras untuk menghilangkan bahan kimia paling berbahaya dan perusahaan mana yang memiliki program recycling (daur ulang) yang baik untuk produk-produk mereka.
Penilaian ini sangat penting,
agar si produsen pembuat barang elektronik tahu bahwa limbah elektronik sangat
berbahaya bagi lingkungan dan kita sendiri. begitu pun dengan limbah elektronik
yang menumpuk dan mencemari bumi kita. perusahaan yang baik akan memastikan
limbah atau barang elektronik yang tidak terpakai lagi tidak berakhir pada
tempat-tempat pembuangan limbah elektronik atau pun di kirim ke negara lain.
Dibawah ini termasuk ranking
Perusahaan yang E-waste tertinggi menurut Greenpeace adalah:
1.Ranking 1.3/10 Lenovo
2.Ranking 1.7/10 Motorola
3.Ranking 2.3/10 Acer
4.Ranking 2.7/10 Apple
5.Ranking 3/10 Fujitsu-Siemens
6.Ranking 3/10 Toshiba
7.Ranking 3.3/10 Panasonic
8.Ranking 4.3/10 LG Electronics
9.Ranking 4.7/10 Sony
10. Ranking 4.7/10 HP
11. Ranking 5/10 Samsung
12. Ranking 5.3/10 Sony Ericsson
13. Ranking 7/10 Dell
14. Ranking 7/10 Nokia
2.Ranking 1.7/10 Motorola
3.Ranking 2.3/10 Acer
4.Ranking 2.7/10 Apple
5.Ranking 3/10 Fujitsu-Siemens
6.Ranking 3/10 Toshiba
7.Ranking 3.3/10 Panasonic
8.Ranking 4.3/10 LG Electronics
9.Ranking 4.7/10 Sony
10. Ranking 4.7/10 HP
11. Ranking 5/10 Samsung
12. Ranking 5.3/10 Sony Ericsson
13. Ranking 7/10 Dell
14. Ranking 7/10 Nokia
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan, kesimpulan makalah ini adalah :
1. Kesadaran ber-Green Computing masih
kurang, terutama di Indonesia.
2. Banyak sekali masalah yang
ditimbulkan oleh limbah elektronik.
3. Belum adanya peraturan yang tegas
dari pemerintah Indonesia mengenai masalah limbah elektronik.
4.2 Saran
Berkembangnya
era digitalisasi membuktikan bahwa masyarakat Indonesia dan dunia pada umumnya
semakin maju dan cerdas. Kemajuan dalam dunia IT semestinya diimbangi dengan
peran masyarakat dalam lingkungan. karena di atas telah dikemukakan bahwa
aktivitas manusia merupakan sumber terbesar dalam kerusakan lingkungan, maka
sebagai manusia IT, penggunaan Green Computing merupakan sebuah langkah
strategi untuk mendorong Indonesia menjadi salah satu negara pengguna dan
pemilik teknologi energi yang maju, lebih bersih, efisien, dan menjamin
ketersediaan energi di masa depan.
Nurlunawati. (2012). Green
Computing. 21-09 2012
http://nurlunawati94.blogspot.com/2012/09/green-computing.html
Sadyanhobi. (2010). bahaya sampah elektronik
http://sadyanhobi.blogspot.com/p/bahaya-sampah-elektronik.html
Soulofmyheart.(2008).Apa
itu Green Computing ?.
24-12-2008
http://soulofmyheart.blogspot.com/2008/12/apa-itu-green-computing.html
DAFTAR PUSTAKA
Nurlunawati. (2012). Green
Computing. 21-09 2012
http://nurlunawati94.blogspot.com/2012/09/green-computing.html
Wahono, Romi. (2008). Green
Computing Untuk Orang Lugu. 11-05-2012
Yusi. (2011). Green Computing :
Tindakan Untuk Mewujudkan Masa Depan Berkesinambungan. 13-05-2012
Hamfaz. (2010). Bahaya Limbah
Elektroknik Bagi Lingkungan. 22-04-2010
Sadyanhobi. (2010). bahaya sampah elektronik
http://sadyanhobi.blogspot.com/p/bahaya-sampah-elektronik.html
Soulofmyheart.(2008).Apa
itu Green Computing ?.
24-12-2008
http://soulofmyheart.blogspot.com/2008/12/apa-itu-green-computing.html
A’ayun, Qurrota. (2009). Limbah
Elektronik, Siapa yang Bertanggung Jawab?. 13-05-2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar