Minggu, 09 Maret 2014

MANAGING DISASTER RECOVERY PLAN PADA PERUSAHAN


MANAGING DISASTER RECOVERY PLAN PADA PERUSAHAN

TOPIK-TOPIK LANJUTAN
SISTEM INFORMASI





Oleh

Andy Linnard D.                  1501164504
                                    Yudha Rizki R.                      1501163634               
Bagas Dwi                            1501162083
Indra Kurniawan                  1501163880
                                    Julio Andre                           1501156585

06PMM










Binus University
Jakarta
2014


ABSTRAK
Bisnis dan industri cenderung berkembang semakin kompleks dari masa ke masa, baik dari segi proses bisnis yang terjadi, struktur organisasi yang berlaku, hingga ukuran data dan jumlah personel yang terlibat di dalamnya. Begitu juga dengan peranan unsur teknologi dalam mendukung operasi bisnis yang semakin lama semakin besar. Sistem informasi, jaringan telekomunikasi, dan basis data misalnya, sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kelangsungan operasi suatu badan bisnis. Namun tidak hanya itu, ancaman yang berpotensi menganggu berfungsinya unsur-unsur teknologi pendukung bisnis ini pun semakin bervariasi seiring dengan perkembangan zaman. Ancaman-ancaman ini antara lain mencakup pembobolan keamanan jaringan, ketiadaan daya, pemogokan pegawai, dan banyak lagi. Karena perannya yang cukup besar, ancaman bagi unsur teknologi ini dapat dikatakan merupakan ancaman bagi keberlangsungan perusahaan juga. Dalam keadaan darurat yang mungkin ditimbulkan oleh ancaman-ancaman tersebut, pengambilan keputusan yang tepat sangatlah penting untuk kelangsungan perusahaan. Apa yang harus dilakukan pertama? Bagaimana cara melakukannya? Siapa yang harus diberitahu terlebih dahulu? Keputusan yang diambil perusahaan terhadap pertanyaan-pertanyaan seperti tentunya akan sangat berpengaruh terhadap dapat tidaknya perusahaan tersebut kembali memegang kontrol dalam keadaan darurat. Rencana yang tersusun dengan baik akan sangat membantu perusahaan dalam melewati keadaan darurat dan kembali menjalankan fungsinya, namun jika rencana yang digunakan sebagai pegangan ternyata tidak sesuai dengan kebutuhan sebenarnya, maka yang terjadi kemungkinan besar justru merupakan kebalikannya. Proses penyusunan rencana pemulihan ini disebut Disaster Recovery Planning. Lebih lengkapnya, Disaster Recovery Plan adalah sekumpulan aksi dan proses yang mendefinisikan rangkaian prosedur yang harus dilakukan suatu perusahaan, saat terjadi keadaan darurat, untuk memastikan tercapainya suatu kondisi pulih dalam waktu yang ditentukan sehingga perusahaan tersebut mampu melanjutkan fungsinya dengan kerugian minimal
Kata kunci : Disaster Recovery Plan







BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Bisnis dan industri cenderung berkembang semakin kompleks dari masa ke masa, baik dari segi proses bisnis yang terjadi, struktur organisasi yang berlaku, hingga ukuran data dan jumlah personel yang terlibat di dalamnya. Begitu juga dengan peranan unsur teknologi dalam mendukung operasi bisnis yang semakin lama semakin besar.Sistem informasi, jaringan telekomunikasi, dan basis data misalnya, sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kelangsungan operasi suatu badan bisnis.Namun tidak hanya itu, ancaman yang berpotensi menganggu berfungsinya unsur-unsur teknologi pendukung bisnis ini pun semakin bervariasi seiring dengan perkembangan zaman. Ancaman-ancaman ini antara lain mencakup pembobolan keamanan jaringan, ketiadaan daya, pemogokan pegawai, dan banyak lagi. Karena perannya yang cukup besar, ancaman bagi unsur teknologi ini dapat dikatakan merupakan ancaman bagi keberlangsungan perusahaan juga.

Dalam keadaan darurat yang mungkin ditimbulkan oleh ancaman-ancaman tersebut, pengambilan keputusan yang tepat sangatlah penting untuk kelangsungan perusahaan.Apa yang harus dilakukan pertama? Bagaimana cara melakukannya? Siapa yang harus diberitahu terlebih dahulu? Keputusan yang diambil perusahaan terhadap pertanyaan-pertanyaan seperti tentunya akan sangat berpengaruh terhadap dapat tidaknya perusahaan tersebut kembali memegang kontrol dalam keadaan darurat

Tidak hanya tepat atau tidaknya, kecepatan pengambilan keputusan pun sangat berpengaruh. Keputusan tepat yang dieksekusi terlambat tidak akan membantu sama sekali. Hal ini dikarenakan perusahaan harus mampu mengembalikan fungsi-fungsi pentingnya dengan sesegera mungkin.Semakin banyak waktu pemulihan yang dibutuhkan, semakin tinggi pula tingkat kerugian yang diderita. Kerugian yang dialami misalnya dapat berupa menurunnya tingkat kepuasan pelanggan, hilangnya pelanggan, atau bahkan pembatalan transaksi penting .

Menjawab pertanyaan dan menghindari kerugian seperti di atas akan lebih mudah jika perusahaan memiliki rencana pemulihan. Rencana ini dapat berupa runutan tahapan yang harus dilakukan jika suatu keadaan darurat terjadi. Rencana yang tersusun dengan baik akan sangat membantu perusahaan dalam melewati keadaan darurat dan kembali menjalankan fungsinya, namun jika rencana yang digunakan sebagai pegangan ternyata tidak sesuai dengan kebutuhan sebenarnya, maka yang terjadi kemungkinan besar justru merupakan kebalikannya.

Proses penyusunan rencana pemulihan ini disebut Disaster Recovery Planning. Lebih lengkapnya, Disaster Recovery Plan adalah sekumpulan aksi dan proses yang mendefinisikan rangkaian prosedur yang harus dilakukan suatu perusahaan, saat terjadi keadaan darurat, untuk memastikan tercapainya suatu kondisi pulih dalam waktu yang ditentukan sehingga perusahaan tersebut mampu melanjutkan fungsinya dengan kerugian minimal

Disaster Recovery Planning adalah bagian dari rangkaian Business Continuity Planning. Disaster Recovery Plan bersifat reaktif terhadap suatu bencana, berfokus pada apa yang harus dilakukan untuk mengembalikan fungsi-fungsi yang terganggu oleh bencana, sedangkan bagian-bagian lain dari Business Continuity Planning lebih bersifat proaktif/preventif, yaitu berfokus pada apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak bencana bila terjadi.

1.2  Ruang Lingkup

Mengingat luasnya cakupan ruang lingkup Managing Disaster, maka ruang lingkup yang dibahas dibatasi pada :
1.      Memberikan Informasi mengenai cara melakukan Managing Disaster di Indonesia.
2.      Tips-tips melakukan Disaster Recovery Plan .

1.3  Tujuan dan Manfaat

Berdasarkan pembahasan pada latar belakang, maka dapat ditentukan tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui cara – cara melakukan Managing Disaster yang ada di Indonesia.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat-manfaat sebagai berikut :
1.      Memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai pentingnya melakukan Managing Disaster.
2.      Pembaca dapat melakukan Disaster Recovery Plan pada perusahaan jika terjadi suatu masalah pada sistem tersebut.

1.4  Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan terdiri dari beberapa bagian, yaitu :
1.      Studi pustaka
Metode pengumpulan informasi yang digunakan melalui studi artikel media internet dan buku-buku referensi yang dapat dijadikan sumber dan panduan dalam penyusunan penulisan ini.
2.      Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menganalisis dan me-review perkembangan Managing Disaster yang ada di Indonesia.

1.5  Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dan memberikan gambaran yang sistematis dalam memahami topik yang disajikan, kami membagi paper ini ke dalam bagian-bagian berupa bab yaitu :

BAB I    : Pendahuluan
                 Dalam bab ini diuraikan tentang masalah pokok yang dibahas dalam paper ini, yang terdiri dari Latar Belakang, Ruang Lingkup, Tujuan dan Manfaaat, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.


BAB II  : Landasan Teori
Dalam bab ini akan menguraikan teori atau konsep yang melandasi hal-hal yang terdapat dalam penelitian ini, secara umum dijelaskan tentang teori-teori yang berhubungan dengan kinerja sistem informasi baik dikutip dari berbagai referensi maupun hasil riset yang didapat.

BAB III : Pembahasan
Dalam bab ini berisi hasil penelitian yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan dan manfaat yang ditetapkan pada pendahuluan. Lalu menunjukkan bagaimana pemikiran atau temuan-temuan diperoleh, menginterpretasikan temuan, dan mengaitkannya dengan teori yang digunakan.

BAB IV : Penutup
Dalam bab ini penulis akan menarik bebarapa kesimpulan berdasarkanpetunjuk dari buku-buku referensi, internet, dan seminar teori-teori lanjutan sistem informasi serta saran yang mungkin akan diterapkan untuk kemajuan perusahaan.


BAB II
LANDASAN TEORI
2.1        Disaster Recovery
    Berikut ini adalah beberapa teori dan definisi yang terkait dengan DisasterRecovery yang digunakan          dalam tesis ini .

2.1.1        Bencana (Disaster)

Menurut buku “Disaster Recovery and Business Continuity Copyrigth by EC-Council” Bencana adalah setiap kejadian mengganggu yang mendorong situasi saat ini ke dalam keadaan krisis.Hal ini mengacu ke bencana dan kehancuran akibat alam atau faktor buatan manusia seperti kebakaran, dan terorisme cyber.Menurut xosofi.com bencana didefinisikan sebagai "sesuatu yang mendadak, acara yang tidakterencana yang menyebabkan malapetaka besar kerusakan atau kerugian untuk setiap entitas yang diberikan.
Reaksi paling umum dalam situasi tersebut meliputi:
·         Shock dan panik
·         Beban mentalitas
·         Kehilangan kontrol terhadap peristiwa
·         Kurangnya informasi

Dalam skenario ekonomi global saat ini, organisasi lebih rentan terhadap alam, manusia, atau
masalah teknis. Setiap bencana, seperti banjir,

Kebakaran serta virus dan terorisme cyber, dapat mempengaruhi aksesibilitas, kejujuran, dan privasi sumber daya bisnis utama. Bila dikategorikan, bencana dapat dibagi menjadi dua yaitu,
                  ·         Bencana alam
     Peristiwa tidak terprediksi yang disebabkan oleh faktor lingkungan yang mengakibatkan          kerugian terhadap lingkungan disekitarnya seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir,      tanah longsor, angin ribut, dst
·         Bencana yang diakibatkan oleh manusia
    Peristiwa yang terjadi akibat kesalahan, kebodohan, kelalaian dari manusia atau bahkan niat       jahat dari individu yang mengakibatkan kerugian terhadap lingkungan disekitarnya. Kegagalan      system, listrik, telekomunikasi, terorisme,

Bencana biasanya tidak dapat diprediksi kapan terjadi. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah
management untuk mengurangi resiko serta akibat dari bencana tersebut.

2.1.2        Disaster Recovery Plan

Disaster Recovery Plan menurut EC-Council dalam “Introduction to Disaster Recovery and Business Continuity” adalah sebuah proses/kemampuan dari organisasi untuk menanggapi bencana atau gangguan dalam pelayanan melalui implementasi rencana pemulihan bencana untuk menstabilkan dan memulihkan fungsi kritis organisasi. Rencana ini dibuat untuk membantu mengembalikan proses bisnis dari perusahaan serta mengurangi dampak bila terjadi bencana yang mengakibatkan kerusakan atau kehilangan data elektronik yang mendukung proses bisnis perusahaan. Disaster Recovery Plan terdiri atas tiga perencanaan yaitu perencanaan proteksi, perencanaan pengatasan bencana dan perencanaan
pemulihan. Perencanaan proteksi adalah perencanaan yang dibuat untuk mencegah terjadinya bencana.Perencanaan pengatasan bencana adalah perencanaan yang dibuat untuk mengurangi dampak dari bencana terhadap perusahaan Perencanaan pemulihan adalah perencanaan yang dibuat untuk membantu perusahaan dalam melakukan pemulihan agar proses bisnis dapat berjalan kembali.

2.1.3        Disaster Recovery Center

Disaster Recovery Center menurut EC-Council dalam “Introduction to Disaster Recovery and Business Continuity” merupakan fasilitas yang menjadi sarana organisasi selama dalam proses pemulihandari bencana. Adapun komponen utama yang terdapat didalam disaster recovery
center adalah, Peralatan Kantor standar (meja, kursi, alat tulis, komputer,printer, telepon, dst)
·         Aplikasi
·         Database
·         Server dan Operating System
·         Jaringan
·         Storage Array

Keuntungan dari Disaster Recovery Center adalah perusahaan mempunyai keyakinan dengan mengetahui bahwa proses bisnis perusahaan akan dapat berjalan kembali dalam selang waktu tertentu bila terjadi bencana. Selain itu juga dengan adanya Disaster Recovery Center, perusahaan dapat mencegah terjadinya single point of failureterhadap sistem komputer yang beroperasi hanya dipusat.

Disaster Recovery Center dapat dibagi menjadi beberapa jenis bila ditinjau dari mission-criticalnya,

2.2        Data

Data merupakan sekumpulan fakta mentah dari kesimpulan yang dapat ditarik. Huruf tulisan tangan, buku cetak, foto keluarga, film di video tape, dicetak dan ditandatangani salinan surat hipotek, buku besar bank, dan buku izin pemegang rekening adalah contoh data. Sebelum adanya komputer, prosedur dan metode yang diadopsi untuk penciptaan dan berbagi data terbatas pada bentuk yang lebih sedikit, seperti kertas dan film. Saat ini, data yang sama dapat dikonversi menjadi bentuk yang lebih nyaman seperti e-mail, e-book, gambar bitmap, atau film digital. Data ini dapat dihasilkan menggunakan komputer dan disimpan dalam rangkaian 0s dan 1s.Data dalam bentuk ini disebut data digital dan dapat diakses oleh pengguna hanya setelah diproses oleh komputer.

2.3        Data Center

Menurut buku “Information Storage and Management” keluaran Wiley Publishing, Organisasi menggunakan maintenance data center untuk memberikan kemampuan pengolahan data secara terpusat diseluruh perusahaan. Data center menyimpan dan mengelola sejumlah besar data yang
bersifat mission-critical.
Lima elemen utama yang penting untuk fungsi dasar dari sebuah data
center adalah :
·         Aplikasi
·         Database
·         Server dan Operating System
·         Jaringan
·         Storage Array

2.4        Storage dan Backup Management

Berikut merupakan beberapa teori yang memaparkan teknologi penyimpnan (media storage dan teknologi pengaturan backup.media storage)

2.5        Storage

Menurut buku “Information Storage and Management” keluaran“Information Management Wiley Publishing , Data yang dibuat oleh individu atau perusahaan harus disimpan sehingga mudah diakses untuk diproses lebih lanjut. Di lingkungan komputasi, perangkat yang dirancang untuk menyimpan data
diistilahkan sebagai storage. Beberapa jenis media penyimpanan yang digunakan oleh sebagai digunakan

2.5.1        Backup Management

Backup merupakan sebuah proses penduplikasian data kedalam media yang terpisah. Data hasil duplikasi tersebut nantinya akan digunakan untuk memulihkan kembali data bila terjadi kerusakan atau kehilangan data. Backup biasanya digunakan dengan dua tujuan utama yaitu dituju

1.      Untuk memulihkan kembali data yang mengalami kerusakan/kehilangan pada saat terjadi bencana.
2.      Untuk memulihkan sebagian kecil data yang mengalamikerusakan atau kehilangan akibat kesalahan manusia.Jenis – jenis strategi backup adalah sebagai berikut,
·         Snapshot Backup
Data diduplikasi secara live dengan melakukan penguncianterhadap seluruh data untuk sementara waktu dan kemudian dilakukan snapshot terhadap data tersebut yang dilanjutkandengan dilepas agar dapat beroperasi kembali.
·         Full Backup
Data diduplikasi secara keseluruhan baik data yang sudah pernah diduplikasi maupun belum pernah kedalam media yang terpisah.Backup dilakukan secara berkala.
·         Differential Backup
Data yang diduplikasi hanya merupakan data baru atau data yang mengalami perubahan. Pada proses backup ini, data tidak pernah dilakukan marking. Backup dilakukan secara berkala.
·         Incremental Backup Data yang diduplikasi hanya data yang belum pernah dilakukan backup. Bila terjadi perbedaan byte pada data, maka hanya perbedaan dari byte data tersebut yang akan diduplikasi. Backup dilakukan secara berkala
·         Continuous Backup Data dilakukan duplikasi secara terus menerus terhadap seluruh data yang berubah.


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian BCP dan DRP

BCP atau Business Continuity Plan adalah rencana bisnis yang berkesinambungan
DRP atau Disaster Recovery Plan adalah rencana pemulihan dari kemungkinan kerusakan-kerusakan yang terjadi. Aspek yang terkandung di dalam suatu rencana bisnis yang berkesinambungan yaitu rencana pemulihan dari kemungkinan kerusakan-kerusakan yang terjadi. Dengan kata lain, DRP terkandung di dalam BCP

3.2  Tujuan dan Sasaran DRP
·         Tujuan DRP yang utama adalah untuk menyediakan suatu cara yang terorganisir untuk membuat keputusan jika suatu peristiwa yang mengganggu terjadi.
·         DRP akan mengurangi kebingungan organisasi dan meningkatkan  kemampuan organisasi untuk berhubungan dengan suatu keadaan krisis (disaster).
Sasaran-sasaran DRP meliputi:
·         Melindungi suatu organisasi dari kegagalan penyediaan jasa komputer.
·         Memperkecil resiko keterlambatan suatu organisasi dalam menyediakan jasa
·         Menjamin keandalan sistem melalui pengujian dan simulasi
·         Memperkecil pengambilan keputusan oleh personil selama suatu bencana

3.3  Isu Utama pada Pemulihan Bencana
Ø  Replikasi Data
q  Sebuah proses yang mengkopi isi data ke suatu lokasi remote baik yang berlangsung secara kontinu ataupun pada interval tertentu.
q  Replikasi data akan menyediakan hasil kopi data yang lengkap untuk tujuan Pemulihan Bencana.
q  Fungsi replikasi dapat berjalan pada dua mode yaitu:
a)      Mode Replikasi Synchronous
§  Mode replikasi sinkron memungkinkan pertukaran data secara real-timesehingga kesinkronan suatu data akan terjaga.
§  Saat ada transaksi operasional yang sedang menulis sesuatu ke disk sumber, maka saat yang bersamaan penulisan juga dilakukan terhadap disk target yang ada di lokasi remote.
§  Pada mode replikasi ini, kebutuhan akan performansi sistem yang tinggi harus dipertimbangkan.
§  Jarak antara disk sumber dan disk target juga menjadi prasyarat utama (berjarak < 100km antara keduanya).
§  Keuntungan dari mode replikasi ini adalah menyediakan recovery yang konsisten dan lengkap untuk semua jangka waktu.
b)      Mode Replikasi Asynchronous
§  Mode replikasi asinkron memungkinkan pertukaran data secarabufferingdalam artian bahwa data akan diletakkan dalam sebuah 'penampung sementara terlebih dahulu, kemudian pada jangka waktu tertentu akan direplikasi ke disk target.
§  Data yang direplikasi ke disk target tidak membutuhkan acknowledgementagar penulisan transaksi operasional pada disk sumber dapat berlangsung kembali.
§  Keuntungan dari mode replikasi ini adalah efektivitas biaya
§  Kerugian : jika suatu saat terjadi crash pada salah satu pihak dan data belum sempat direplikasi maka data yang terdapat pada kedua pihak tidak bisa dikatakan sebagai sebuah data yang sinkron.
3.4  Fase Penanganan Bencana

  Tidak semua insiden berstatus bencana
  Ditentukan oleh hasil evaluasi.
  Pemulihan layanan menggunakan fasilitas alternatif/cadangan atau secara manual.
  Perbaikan dapat berupa pemindahan lokasi layanan.
3.5  Tahapan BC Planning
Tahapan perencanaan:
·         Penyusunan policy rencana darurat.
·         Analisa dampak bisnis (dari gangguan).
·         Identifikasi mekanisme pencegahan.
·         Pengembangan strategi pemulihan layanan.
·         Penyusunan prosedur penanganan situasi darurat.
·         Uji coba, pelatihan, dan latihan prosedur darurat.
·         Reevaluasi rencana penanganan situasi darurat.

3.6  Proses Pengembangan BCP
1.      Penyusunan Policy
·         Identifikasi peraturan perundangan yang mempersyaratkan perencanaan situasi darurat.
·         Penyusunan kebijakan penanganan situasi darurat.
·         Mendapatkan persetujuan.
·         Mensosialisasikan policy.
2.      Analisa Dampak terhadap bisnis
·         Identifikasi sumber daya TI vital.
·         Identifikasi dampak gangguan dan batas  lamanya gangguan.
·         Menyusun prioritas pemulihan sumber daya TI.
3.      Identifikasi mekanisme pencegahan
·         Implementasi mekanisme pencegahan.
·         Pemeliharaan mekanisme pencegahan.
4.      Pengembangan strategi pemulihan layanan
·         Identifikasi metoda pemulihan.
·         Integrasi metoda dalam rancangan arsitektur TI.
5.      Pengembangan rencana penanganan situasi darurat
·         Dokumentasi strategi pemulihan layanan.

3.7  Contoh - contoh Strategi Business Continuity jika terjadi bencana
·         Tidak melakukan apa-apa sampai pemulihan fasilitas sudah beroperasi kembali, contoh adalah pada sistem perpustakaan. Jika sistem sudah beroperasi, maka petugas kembali menggunakan aplikasi tersebut.
·         Melakukan prosedur secara manual. Sambil menunggu sistem kembali beroperasi, transaksi dilakukan secara manual, atau dicatat pada form off line.
·         Memfokuskan pada proses yang penting seperti yang berhubungan dengan pelanggan, produksi, dan lainnya.
·         Menggunakan PC untuk data capture (pencataan saja) dengan pengolahan minimal.
·         Pengolahan normal baru dilakukan setelah pemulihan fasilitas bekerja kembali.
3.7.1        Contoh Strategi menentukan alternatif data processing
·         Melakukan duplikasi terhadap fasilitas proses informasi.
·         Hot sites
·         Warm site
·         Cold site
·         Perjanjian dengan perusahaan lain (mutual aid agreement),
·         Multiple Center
·         Out source
3.7.2        Contoh Strategi pemulihan jalur komunikasi
·         Network redundancy
·         Alternative routing
·         Diverse routing
·         Protection of local loop (last mile circuit),
·         Voice recovery
3.8  Solusi dalam melakukan DRP/BCP
1.      Strategi Kakek-Bapak-Anak

2.      Strategi Pencatatan Ganda
Menyimpan dua buah salinan data base yang lengkap secara terpisah.
·         Bila terjadi transaksi, keduanya diupdate secara bersamaan.
·   Dual recording sangat tepat untuk aplikasi-aplikasi yag data base-nya tidak boleh  terganggu dan harus selalu siap.
·         sebagai pertimbangannya, strategi ini mahal, karena menggunakan multiple prosesor dan database
3.      Strategi Dumping
·    menyalinkan semua atau sebagian dari data base ke media backup yang lain, dapat berupa pita magnetik atau disket (CD/DVD).
·         Recovery pada strategi ini dapat dilakukan dengan merekam kembali (restore) hasil dari dumping kembali ke data base di simpanan luar utama dan melakukan proses transaksi yang terakhir yang sudah mempengaruhi database sejak proses dumping trakhir.
3.9  Pemilihan Lokasi DRP
1.      Jarak dari Fasilitas Utama;
pilihlah lokasi yang tidak terlalu dekat dan juga terlalu jauh dari gedung utama yaitu sekitar 30 kilo meter.
2.      Potensi Risiko dari Bencana:
apakah lokasi tersebut juga memiliki risiko terkena bencana, carilah tempat yang minim terkena ancaman atau dampak bencana.
3.      Ketersediaan staff setempat:
apakah ada staff setempat yang bisa mengoperasikan proses bisnis utama.
4.      Ketersediaan dan kualitas tenaga listrik/baterei;
apakah tenaga listrik atau baterai tersedia, dan apakah mencukupi untuk waktu lebih dari 24 jam.
5.      Nearby Fiber Routes:
untuk kepentingan jaringan komunikasi data, langkah lebih baik kalau tidak jauh dari jalur kabel fiber, dll.
6.      Specific IT Criteria;
Tehnologi informasi dapat berfungsi pada lokasi tersebut, batasan jarak harus menjadi perhatian perlengkapan jaringan.
7.      Tax Incentive;
Lokasi tertentu atau di luar perkotaan mungkin akan jauh lebih murah biayanya.

3.10 Pemeliharaan Rencana Pemulihan Data
·       Disaster recovery plan sering sudah out of date atau tidak sesuai lagi dengan kondisi organisasi atau perkembangan yang terjadi disekitar baik ancaman bencana maupun tingkat persaingan.
·         Organisasi mungkin telah mereorganisasi dan mungkin saja unit bisnis critical telah berbeda dari saat direncanakan dahulu. Perubahan infrastruktur jaringan juga akan merubah lokasi atau konfigurasi dari hardware, software dan komponan lainnya.
·     membuat prosedure pemeliharaaan BCP dan DRP dalam sebuah organisasi dengan menggunakan job description yang mensetralisasi tanggung jawab update
·         Merilis dokumen versi final dan terbaru


BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, kesimpulan makalah ini adalah :
1.      Bencana terjadi bisa terjadi kapan pun tanpa kita ketahui
2.      Kita membutuhkan sebuah management untuk mengurangi resiko serta akibat dari bencana tersebut.
3.      Kita harus mengetahui tahap-tahap dalam menangani bencana tersebut

4.2 Saran

Sebaiknya kita mengerti cara penanggulangi bencana dan mencegah timbulnya resiko yang diakibat kan oleh  bencana tersebut, sehingga kita bisa memimalisir dampak yang ditimbulkan. Dan mengetahui tahap-tahap apa saja yang kita gunakan untuk menangani bencana. Selain itu sebaiknya pencegahan bencana tersebut sudah di pikirkan jauh-jauh hari, sehingga saat terjadi bencana kita sudah siap dan tidak perlu repot lagi.


DAFTAR PUSTAKA






1 komentar: