MANAGING DISASTER RECOVERY PLAN PADA PERUSAHAN
TOPIK-TOPIK LANJUTAN
SISTEM INFORMASI
Oleh
Andy Linnard
D. 1501164504
Yudha
Rizki R. 1501163634
Bagas Dwi 1501162083
Indra Kurniawan 1501163880
Julio
Andre 1501156585
06PMM
Binus
University
Jakarta
2014
ABSTRAK
Bisnis dan industri cenderung berkembang semakin
kompleks dari masa ke masa, baik dari segi proses bisnis yang terjadi, struktur
organisasi yang berlaku, hingga ukuran data dan jumlah personel yang terlibat
di dalamnya. Begitu juga dengan peranan unsur teknologi dalam mendukung operasi
bisnis yang semakin lama semakin besar. Sistem informasi, jaringan
telekomunikasi, dan basis data misalnya, sudah menjadi bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari suatu kelangsungan operasi suatu badan bisnis. Namun tidak
hanya itu, ancaman yang berpotensi menganggu berfungsinya unsur-unsur teknologi
pendukung bisnis ini pun semakin bervariasi seiring dengan perkembangan zaman.
Ancaman-ancaman ini antara lain mencakup pembobolan keamanan jaringan,
ketiadaan daya, pemogokan pegawai, dan banyak lagi. Karena perannya yang cukup
besar, ancaman bagi unsur teknologi ini dapat dikatakan merupakan ancaman bagi
keberlangsungan perusahaan juga. Dalam keadaan darurat yang mungkin ditimbulkan
oleh ancaman-ancaman tersebut, pengambilan keputusan yang tepat sangatlah
penting untuk kelangsungan perusahaan. Apa yang harus dilakukan pertama?
Bagaimana cara melakukannya? Siapa yang harus diberitahu terlebih dahulu?
Keputusan yang diambil perusahaan terhadap pertanyaan-pertanyaan seperti tentunya
akan sangat berpengaruh terhadap dapat tidaknya perusahaan tersebut kembali
memegang kontrol dalam keadaan darurat. Rencana yang tersusun dengan baik akan
sangat membantu perusahaan dalam melewati keadaan darurat dan kembali
menjalankan fungsinya, namun jika rencana yang digunakan sebagai pegangan
ternyata tidak sesuai dengan kebutuhan sebenarnya, maka yang terjadi
kemungkinan besar justru merupakan kebalikannya. Proses penyusunan rencana
pemulihan ini disebut Disaster Recovery Planning. Lebih lengkapnya, Disaster
Recovery Plan adalah sekumpulan aksi dan proses yang mendefinisikan rangkaian
prosedur yang harus dilakukan suatu perusahaan, saat terjadi keadaan darurat,
untuk memastikan tercapainya suatu kondisi pulih dalam waktu yang ditentukan
sehingga perusahaan tersebut mampu melanjutkan fungsinya dengan kerugian
minimal
Kata kunci : Disaster Recovery Plan
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Bisnis dan industri cenderung berkembang semakin
kompleks dari masa ke masa, baik dari segi proses bisnis yang terjadi, struktur
organisasi yang berlaku, hingga ukuran data dan jumlah personel yang terlibat
di dalamnya. Begitu juga dengan peranan unsur teknologi dalam mendukung operasi
bisnis yang semakin lama semakin besar.Sistem informasi, jaringan
telekomunikasi, dan basis data misalnya, sudah menjadi bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari suatu kelangsungan operasi suatu badan bisnis.Namun tidak hanya
itu, ancaman yang berpotensi menganggu berfungsinya unsur-unsur teknologi
pendukung bisnis ini pun semakin bervariasi seiring dengan perkembangan zaman.
Ancaman-ancaman ini antara lain mencakup pembobolan keamanan jaringan,
ketiadaan daya, pemogokan pegawai, dan banyak lagi. Karena perannya yang cukup
besar, ancaman bagi unsur teknologi ini dapat dikatakan merupakan ancaman bagi
keberlangsungan perusahaan juga.
Dalam keadaan darurat yang mungkin ditimbulkan oleh
ancaman-ancaman tersebut, pengambilan keputusan yang tepat sangatlah penting
untuk kelangsungan perusahaan.Apa yang harus dilakukan pertama? Bagaimana cara
melakukannya? Siapa yang harus diberitahu terlebih dahulu? Keputusan yang
diambil perusahaan terhadap pertanyaan-pertanyaan seperti tentunya akan sangat
berpengaruh terhadap dapat tidaknya perusahaan tersebut kembali memegang
kontrol dalam keadaan darurat
Tidak hanya tepat atau tidaknya, kecepatan
pengambilan keputusan pun sangat berpengaruh. Keputusan tepat yang dieksekusi
terlambat tidak akan membantu sama sekali. Hal ini dikarenakan perusahaan harus
mampu mengembalikan fungsi-fungsi pentingnya dengan sesegera mungkin.Semakin
banyak waktu pemulihan yang dibutuhkan, semakin tinggi pula tingkat kerugian
yang diderita. Kerugian yang dialami misalnya dapat berupa menurunnya tingkat
kepuasan pelanggan, hilangnya pelanggan, atau bahkan pembatalan transaksi
penting .
Menjawab pertanyaan dan menghindari kerugian seperti
di atas akan lebih mudah jika perusahaan memiliki rencana pemulihan. Rencana
ini dapat berupa runutan tahapan yang harus dilakukan jika suatu keadaan
darurat terjadi. Rencana yang tersusun dengan baik akan sangat membantu
perusahaan dalam melewati keadaan darurat dan kembali menjalankan fungsinya, namun
jika rencana yang digunakan sebagai pegangan ternyata tidak sesuai dengan
kebutuhan sebenarnya, maka yang terjadi kemungkinan besar justru merupakan
kebalikannya.
Proses penyusunan rencana pemulihan ini disebut
Disaster Recovery Planning. Lebih lengkapnya, Disaster Recovery Plan adalah
sekumpulan aksi dan proses yang mendefinisikan rangkaian prosedur yang harus
dilakukan suatu perusahaan, saat terjadi keadaan darurat, untuk memastikan
tercapainya suatu kondisi pulih dalam waktu yang ditentukan sehingga perusahaan
tersebut mampu melanjutkan fungsinya dengan kerugian minimal
Disaster Recovery Planning adalah bagian dari
rangkaian Business Continuity Planning. Disaster Recovery Plan bersifat reaktif
terhadap suatu bencana, berfokus pada apa yang harus dilakukan untuk
mengembalikan fungsi-fungsi yang terganggu oleh bencana, sedangkan
bagian-bagian lain dari Business Continuity Planning lebih bersifat
proaktif/preventif, yaitu berfokus pada apa yang dapat dilakukan untuk
mengurangi dampak bencana bila terjadi.
1.2
Ruang
Lingkup
Mengingat luasnya cakupan ruang lingkup Managing Disaster, maka ruang lingkup
yang dibahas dibatasi pada :
1. Memberikan
Informasi mengenai cara melakukan
Managing Disaster di Indonesia.
2. Tips-tips
melakukan Disaster Recovery Plan .
1.3 Tujuan dan Manfaat
Berdasarkan pembahasan pada latar belakang, maka
dapat ditentukan tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui cara – cara
melakukan Managing Disaster yang ada
di Indonesia.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat-manfaat sebagai berikut :
1.
Memberikan
pengetahuan kepada pembaca mengenai pentingnya melakukan Managing Disaster.
2.
Pembaca
dapat melakukan Disaster
Recovery Plan pada perusahaan
jika terjadi suatu masalah pada sistem tersebut.
1.4
Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan
terdiri dari beberapa bagian, yaitu :
1.
Studi
pustaka
Metode pengumpulan informasi yang digunakan melalui studi
artikel media internet dan buku-buku referensi yang dapat dijadikan sumber dan
panduan dalam penyusunan penulisan ini.
2.
Metode
Analisis
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah
dengan menganalisis dan me-review
perkembangan Managing Disaster yang ada di Indonesia.
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk
mempermudah pembahasan dan memberikan gambaran yang sistematis dalam memahami
topik yang disajikan, kami membagi paper ini ke dalam bagian-bagian berupa bab
yaitu :
BAB I : Pendahuluan
Dalam bab ini diuraikan tentang
masalah pokok yang dibahas dalam paper ini, yang terdiri dari Latar Belakang,
Ruang Lingkup, Tujuan dan Manfaaat, Metodologi Penelitian, dan Sistematika
Penulisan.
BAB II : Landasan Teori
Dalam bab ini akan menguraikan teori
atau konsep yang melandasi hal-hal yang terdapat dalam penelitian ini, secara
umum dijelaskan tentang teori-teori yang berhubungan dengan kinerja sistem
informasi baik dikutip dari berbagai referensi maupun hasil riset yang didapat.
BAB III :
Pembahasan
Dalam bab ini berisi hasil penelitian
yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan dan manfaat yang ditetapkan pada
pendahuluan. Lalu menunjukkan bagaimana pemikiran atau temuan-temuan diperoleh,
menginterpretasikan temuan, dan mengaitkannya dengan teori yang digunakan.
BAB IV : Penutup
Dalam bab ini penulis akan menarik
bebarapa kesimpulan berdasarkanpetunjuk dari buku-buku referensi, internet, dan
seminar teori-teori lanjutan sistem informasi serta saran yang mungkin akan
diterapkan untuk kemajuan perusahaan.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1
Disaster
Recovery
Berikut ini adalah beberapa teori dan definisi yang terkait dengan DisasterRecovery yang digunakan dalam tesis ini .
2.1.1
Bencana
(Disaster)
Menurut buku “Disaster
Recovery and Business Continuity Copyrigth by EC-Council” Bencana adalah setiap
kejadian mengganggu yang mendorong situasi saat ini ke dalam keadaan krisis.Hal
ini mengacu ke bencana dan kehancuran akibat alam atau faktor buatan manusia
seperti kebakaran, dan terorisme cyber.Menurut xosofi.com bencana didefinisikan
sebagai "sesuatu yang mendadak, acara yang tidakterencana yang menyebabkan
malapetaka besar kerusakan atau kerugian untuk setiap entitas yang diberikan.
Reaksi paling umum
dalam situasi tersebut meliputi:
·
Shock dan panik
·
Beban mentalitas
·
Kehilangan kontrol terhadap peristiwa
·
Kurangnya informasi
Dalam skenario ekonomi global saat ini, organisasi
lebih rentan terhadap alam, manusia, atau
masalah teknis. Setiap bencana, seperti banjir,
Kebakaran serta virus dan terorisme cyber, dapat mempengaruhi aksesibilitas, kejujuran, dan privasi sumber daya bisnis utama. Bila dikategorikan, bencana dapat dibagi menjadi dua yaitu,
· Bencana alam
Kebakaran serta virus dan terorisme cyber, dapat mempengaruhi aksesibilitas, kejujuran, dan privasi sumber daya bisnis utama. Bila dikategorikan, bencana dapat dibagi menjadi dua yaitu,
· Bencana alam
Peristiwa tidak terprediksi yang disebabkan oleh faktor
lingkungan yang mengakibatkan kerugian terhadap lingkungan disekitarnya seperti
gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor, angin ribut, dst
· Bencana yang diakibatkan oleh manusia
· Bencana yang diakibatkan oleh manusia
Peristiwa yang terjadi akibat kesalahan,
kebodohan, kelalaian dari manusia atau bahkan niat jahat dari individu yang
mengakibatkan kerugian terhadap lingkungan disekitarnya. Kegagalan system,
listrik, telekomunikasi, terorisme,
Bencana biasanya tidak
dapat diprediksi kapan terjadi. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah
management untuk
mengurangi resiko serta akibat dari bencana tersebut.
2.1.2
Disaster
Recovery Plan
Disaster Recovery Plan
menurut EC-Council dalam “Introduction to Disaster Recovery and Business
Continuity” adalah sebuah proses/kemampuan dari organisasi untuk menanggapi
bencana atau gangguan dalam pelayanan melalui implementasi rencana pemulihan
bencana untuk menstabilkan dan memulihkan fungsi kritis organisasi. Rencana ini
dibuat untuk membantu mengembalikan proses bisnis dari perusahaan serta
mengurangi dampak bila terjadi bencana yang mengakibatkan kerusakan atau
kehilangan data elektronik yang mendukung proses bisnis perusahaan. Disaster
Recovery Plan terdiri atas tiga perencanaan yaitu perencanaan proteksi,
perencanaan pengatasan bencana dan perencanaan
pemulihan. Perencanaan
proteksi adalah perencanaan yang dibuat untuk mencegah terjadinya
bencana.Perencanaan pengatasan bencana adalah perencanaan yang dibuat untuk
mengurangi dampak dari bencana terhadap perusahaan Perencanaan pemulihan adalah
perencanaan yang dibuat untuk membantu perusahaan dalam melakukan pemulihan
agar proses bisnis dapat berjalan kembali.
2.1.3
Disaster
Recovery Center
Disaster Recovery
Center menurut EC-Council dalam “Introduction to Disaster Recovery and Business
Continuity” merupakan fasilitas yang menjadi sarana organisasi selama dalam
proses pemulihandari bencana. Adapun komponen utama yang terdapat didalam
disaster recovery
center adalah,
Peralatan Kantor standar (meja, kursi, alat tulis, komputer,printer, telepon,
dst)
·
Aplikasi
·
Database
·
Server dan Operating System
·
Jaringan
·
Storage Array
Keuntungan dari
Disaster Recovery Center adalah perusahaan mempunyai keyakinan dengan
mengetahui bahwa proses bisnis perusahaan akan dapat berjalan kembali dalam
selang waktu tertentu bila terjadi bencana. Selain itu juga dengan adanya
Disaster Recovery Center, perusahaan dapat mencegah terjadinya single point of
failureterhadap sistem komputer yang beroperasi hanya dipusat.
Disaster Recovery
Center dapat dibagi menjadi beberapa jenis bila ditinjau dari
mission-criticalnya,
2.2
Data
Data merupakan
sekumpulan fakta mentah dari kesimpulan yang dapat ditarik. Huruf tulisan
tangan, buku cetak, foto keluarga, film di video tape, dicetak dan
ditandatangani salinan surat hipotek, buku besar bank, dan buku izin pemegang
rekening adalah contoh data. Sebelum adanya komputer, prosedur dan metode yang
diadopsi untuk penciptaan dan berbagi data terbatas pada bentuk yang lebih
sedikit, seperti kertas dan film. Saat ini, data yang sama dapat dikonversi
menjadi bentuk yang lebih nyaman seperti e-mail, e-book, gambar bitmap, atau
film digital. Data ini dapat dihasilkan menggunakan komputer dan disimpan dalam
rangkaian 0s dan 1s.Data dalam bentuk ini disebut data digital dan dapat
diakses oleh pengguna hanya setelah diproses oleh komputer.
2.3
Data
Center
Menurut buku
“Information Storage and Management” keluaran Wiley Publishing, Organisasi
menggunakan maintenance data center untuk memberikan kemampuan pengolahan data
secara terpusat diseluruh perusahaan. Data center menyimpan dan mengelola
sejumlah besar data yang
bersifat
mission-critical.
Lima elemen utama yang
penting untuk fungsi dasar dari sebuah data
center adalah :
·
Aplikasi
·
Database
·
Server dan Operating System
·
Jaringan
·
Storage Array
2.4
Storage
dan Backup Management
Berikut merupakan
beberapa teori yang memaparkan teknologi penyimpnan (media storage dan
teknologi pengaturan backup.media storage)
2.5
Storage
Menurut buku
“Information Storage and Management” keluaran“Information Management Wiley
Publishing , Data yang dibuat oleh individu atau perusahaan harus disimpan
sehingga mudah diakses untuk diproses lebih lanjut. Di lingkungan komputasi,
perangkat yang dirancang untuk menyimpan data
diistilahkan sebagai
storage. Beberapa jenis media penyimpanan yang digunakan oleh sebagai digunakan
2.5.1
Backup
Management
1.
Untuk memulihkan kembali data yang mengalami
kerusakan/kehilangan pada saat terjadi bencana.
2.
Untuk memulihkan sebagian kecil data yang
mengalamikerusakan atau kehilangan akibat kesalahan manusia.Jenis – jenis
strategi backup adalah sebagai berikut,
Data diduplikasi secara live dengan melakukan
penguncianterhadap seluruh data untuk sementara waktu dan kemudian dilakukan
snapshot terhadap data tersebut yang dilanjutkandengan dilepas agar dapat
beroperasi kembali.
·
Full Backup
Data diduplikasi secara keseluruhan baik data yang sudah
pernah diduplikasi maupun belum pernah kedalam media yang terpisah.Backup
dilakukan secara berkala.
·
Differential Backup
Data yang diduplikasi hanya merupakan data baru atau
data yang mengalami perubahan. Pada proses backup ini, data tidak pernah
dilakukan marking. Backup dilakukan secara berkala.
·
Incremental Backup Data yang diduplikasi hanya
data yang belum pernah dilakukan backup. Bila terjadi perbedaan byte pada data,
maka hanya perbedaan dari byte data tersebut yang akan diduplikasi. Backup
dilakukan secara berkala
·
Continuous Backup Data dilakukan duplikasi
secara terus menerus terhadap seluruh data yang berubah.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Pengertian BCP dan DRP
BCP
atau Business Continuity Plan adalah
rencana bisnis yang berkesinambungan
DRP
atau Disaster Recovery Plan adalah
rencana pemulihan dari kemungkinan kerusakan-kerusakan yang terjadi. Aspek yang
terkandung di dalam suatu rencana bisnis yang berkesinambungan yaitu rencana
pemulihan dari kemungkinan kerusakan-kerusakan yang terjadi. Dengan kata lain, DRP terkandung di dalam BCP
3.2 Tujuan
dan Sasaran DRP
·
Tujuan DRP yang utama adalah untuk menyediakan
suatu cara yang terorganisir untuk membuat keputusan jika suatu peristiwa yang
mengganggu terjadi.
·
DRP akan mengurangi kebingungan organisasi dan
meningkatkan kemampuan organisasi untuk
berhubungan dengan suatu keadaan krisis (disaster).
Sasaran-sasaran DRP meliputi:
·
Melindungi suatu organisasi dari kegagalan
penyediaan jasa komputer.
·
Memperkecil resiko keterlambatan suatu organisasi dalam menyediakan jasa
·
Menjamin keandalan sistem melalui pengujian dan
simulasi
·
Memperkecil pengambilan keputusan oleh personil
selama suatu bencana
3.3 Isu Utama pada Pemulihan Bencana
Ø Replikasi Data
q Sebuah
proses yang mengkopi isi data ke suatu lokasi remote baik yang berlangsung
secara kontinu ataupun pada interval tertentu.
q Replikasi
data akan menyediakan hasil kopi data yang lengkap untuk tujuan Pemulihan
Bencana.
q Fungsi
replikasi dapat berjalan pada dua mode yaitu:
a)
Mode Replikasi Synchronous
§
Mode replikasi sinkron memungkinkan pertukaran
data secara real-timesehingga
kesinkronan suatu data akan terjaga.
§
Saat ada transaksi operasional yang sedang
menulis sesuatu ke disk sumber, maka saat yang bersamaan penulisan juga
dilakukan terhadap disk target yang ada di lokasi remote.
§
Pada mode replikasi ini, kebutuhan akan
performansi sistem yang tinggi harus dipertimbangkan.
§
Jarak antara disk sumber dan disk target juga
menjadi prasyarat utama (berjarak < 100km antara keduanya).
§
Keuntungan dari mode replikasi ini adalah
menyediakan recovery yang konsisten
dan lengkap untuk semua jangka waktu.
b)
Mode Replikasi Asynchronous
§
Mode replikasi asinkron memungkinkan pertukaran
data secarabufferingdalam artian
bahwa data akan diletakkan dalam sebuah 'penampung sementara terlebih dahulu,
kemudian pada jangka waktu tertentu akan direplikasi ke disk target.
§
Data yang direplikasi ke disk target tidak
membutuhkan acknowledgementagar
penulisan transaksi operasional pada disk sumber dapat berlangsung kembali.
§
Keuntungan dari mode replikasi ini adalah
efektivitas biaya
§
Kerugian : jika suatu saat terjadi crash
pada salah satu pihak dan data belum sempat direplikasi maka data yang terdapat
pada kedua pihak tidak bisa dikatakan sebagai sebuah data yang sinkron.
3.4 Fase Penanganan Bencana
Tidak
semua insiden berstatus bencana
Ditentukan
oleh hasil evaluasi.
Pemulihan
layanan menggunakan fasilitas alternatif/cadangan atau secara manual.
Perbaikan
dapat berupa pemindahan lokasi layanan.
3.5 Tahapan BC Planning
Tahapan
perencanaan:
·
Penyusunan policy rencana darurat.
·
Analisa dampak bisnis (dari gangguan).
·
Identifikasi mekanisme pencegahan.
·
Pengembangan strategi pemulihan layanan.
·
Penyusunan prosedur penanganan situasi darurat.
·
Uji coba, pelatihan, dan latihan prosedur
darurat.
·
Reevaluasi rencana penanganan situasi darurat.
3.6 Proses Pengembangan BCP
1. Penyusunan Policy
·
Identifikasi peraturan perundangan yang
mempersyaratkan perencanaan situasi darurat.
·
Penyusunan kebijakan penanganan situasi darurat.
·
Mendapatkan persetujuan.
·
Mensosialisasikan policy.
2. Analisa Dampak terhadap bisnis
·
Identifikasi sumber daya TI vital.
·
Identifikasi dampak gangguan dan batas lamanya gangguan.
·
Menyusun prioritas pemulihan sumber daya TI.
3. Identifikasi mekanisme pencegahan
·
Implementasi mekanisme pencegahan.
·
Pemeliharaan mekanisme pencegahan.
4. Pengembangan strategi pemulihan layanan
·
Identifikasi metoda pemulihan.
·
Integrasi metoda dalam rancangan arsitektur TI.
5. Pengembangan rencana penanganan situasi
darurat
·
Dokumentasi strategi pemulihan layanan.
3.7 Contoh - contoh Strategi Business Continuity jika terjadi bencana
·
Tidak melakukan apa-apa sampai pemulihan
fasilitas sudah beroperasi kembali, contoh adalah pada sistem perpustakaan.
Jika sistem sudah beroperasi, maka petugas kembali menggunakan aplikasi
tersebut.
·
Melakukan prosedur secara manual. Sambil
menunggu sistem kembali beroperasi, transaksi dilakukan secara manual, atau
dicatat pada form off line.
·
Memfokuskan pada proses yang penting seperti
yang berhubungan dengan pelanggan, produksi, dan lainnya.
·
Menggunakan PC untuk data capture (pencataan
saja) dengan pengolahan minimal.
·
Pengolahan normal baru dilakukan setelah
pemulihan fasilitas bekerja kembali.
3.7.1
Contoh
Strategi menentukan alternatif data processing
·
Melakukan duplikasi terhadap fasilitas proses
informasi.
·
Hot sites
·
Warm site
·
Cold site
·
Perjanjian dengan perusahaan lain (mutual aid agreement),
·
Multiple
Center
·
Out source
3.7.2
Contoh
Strategi pemulihan jalur komunikasi
·
Network
redundancy
·
Alternative
routing
·
Diverse
routing
·
Protection
of local loop (last mile circuit),
·
Voice
recovery
3.8 Solusi
dalam melakukan DRP/BCP
2.
Strategi Pencatatan Ganda
Menyimpan dua
buah salinan data base yang lengkap secara terpisah.
·
Bila
terjadi transaksi, keduanya diupdate secara bersamaan.
· Dual
recording sangat tepat untuk aplikasi-aplikasi yag data base-nya tidak boleh terganggu dan harus selalu siap.
·
sebagai
pertimbangannya, strategi ini mahal, karena menggunakan multiple prosesor dan
database
3.
Strategi Dumping
· menyalinkan
semua atau sebagian dari data base ke media backup
yang lain, dapat berupa pita magnetik atau disket (CD/DVD).
·
Recovery pada strategi ini dapat dilakukan dengan merekam kembali (restore) hasil
dari dumping kembali ke data base di simpanan luar utama dan melakukan proses
transaksi yang terakhir yang sudah mempengaruhi database sejak proses dumping
trakhir.
3.9 Pemilihan
Lokasi DRP
1.
Jarak dari Fasilitas Utama;
pilihlah lokasi
yang tidak terlalu dekat dan juga terlalu jauh dari gedung utama yaitu sekitar
30 kilo meter.
2.
Potensi Risiko dari Bencana:
apakah lokasi
tersebut juga memiliki risiko terkena bencana, carilah tempat yang minim
terkena ancaman atau dampak bencana.
3.
Ketersediaan staff setempat:
apakah ada staff
setempat yang bisa mengoperasikan proses bisnis utama.
4.
Ketersediaan dan kualitas tenaga
listrik/baterei;
apakah tenaga
listrik atau baterai tersedia, dan apakah mencukupi untuk waktu lebih dari 24
jam.
5. Nearby Fiber Routes:
untuk
kepentingan jaringan komunikasi data, langkah lebih baik kalau tidak jauh dari
jalur kabel fiber, dll.
6.
Specific IT Criteria;
Tehnologi
informasi dapat berfungsi pada lokasi tersebut, batasan jarak harus menjadi
perhatian perlengkapan jaringan.
7. Tax Incentive;
Lokasi tertentu
atau di luar perkotaan mungkin akan jauh lebih murah biayanya.
3.10 Pemeliharaan
Rencana Pemulihan Data
· Disaster
recovery plan sering sudah out of date atau tidak sesuai lagi dengan kondisi
organisasi atau perkembangan yang terjadi disekitar baik ancaman bencana maupun
tingkat persaingan.
·
Organisasi
mungkin telah mereorganisasi dan mungkin saja unit bisnis critical telah
berbeda dari saat direncanakan dahulu. Perubahan infrastruktur jaringan juga
akan merubah lokasi atau konfigurasi dari hardware, software dan komponan
lainnya.
· membuat
prosedure pemeliharaaan BCP dan DRP dalam sebuah organisasi dengan menggunakan job description yang mensetralisasi tanggung jawab update
·
Merilis
dokumen versi final dan terbaru
BAB IV
PENUTUP
4.1
Simpulan
Berdasarkan penelitian
yang dilakukan, kesimpulan makalah ini adalah :
1.
Bencana terjadi bisa terjadi kapan
pun tanpa kita ketahui
2.
Kita membutuhkan sebuah management
untuk mengurangi resiko serta akibat dari bencana tersebut.
3.
Kita harus mengetahui tahap-tahap
dalam menangani bencana tersebut
4.2
Saran
Sebaiknya kita mengerti cara penanggulangi bencana dan mencegah
timbulnya resiko yang diakibat kan oleh
bencana tersebut, sehingga kita bisa memimalisir dampak yang
ditimbulkan. Dan mengetahui tahap-tahap apa saja yang kita gunakan untuk
menangani bencana. Selain itu sebaiknya pencegahan bencana tersebut sudah di
pikirkan jauh-jauh hari, sehingga saat terjadi bencana kita sudah siap dan
tidak perlu repot lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Kajian materi dari https://rahard.wordpress.com/2006/09/24/diskusi-mengenai-bcp-drp/
Kajian materi dari http://id.wikipedia.org/wiki/Perencanaan_kelangsungan_bisnis
Kajian materi dari http://id.wikipedia.org/wiki/Pemulihan_bencana
Kajian materi dari http://chanifindah.wordpress.com/2012/07/05/disaster-recovery-planning-drp/
Kajian materi dari http://www.teknologiinformasidankomunikasi.com/it-governance/bcp-dandrp/perbedaan-bcp-dan-drp/
artikelnya sangat mudah dimengerti
BalasHapusTrm kasih